Nama Sekolah :
SMA Negeri 2 Surakarta
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami
fenomena antroposfer
Kompetensi Dasar : 1.1
Menjelaskan pengetian fenomena
antroposfer
1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk
adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan – kekuatan yang
menambah dan kekuatan – kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus
menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir ( menambah jumlah
penduduk ), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian
yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi juga berperan :
‘imigran’ (pendatang) akan menambah dan ‘emigran’ akan mengurangi jumlah
penduduk.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 4 komponen yaitu : kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration (migrasi masuk) dan
out-migration (migrasi keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian disebut
“reproductive change” (perubahan reproduktif) atau ‘natural increase’
(perubahan alamiah). Selisih antara ‘in-migration’ dengan ‘out-migration’
disebut ‘net migration’ atau migrasi neto. Jadi pertumbuhan penduduk hanya dipengaruhi oleh 2 cara yaitu
: melalui perubahan reproduksi dan migrasi neto.
Pertumbuhan penduduk
tersebut dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
Pt = Po + ( B – D ) + (
Mi – Mo )
Dimana : Po : adalah jumlah penduduk pada waktu
terdahulu ( tahun dasar )
Pt : adalah jumlah penduduk pada waktu
sesudahnya
B : adalah kelahiran yang terjadi pada
jangka waktu antara kedua kejadian tersebut
D : adalah jumlah kematian yang terjadi pada
jangka waktu antara kedua kejadian tersebut.
Mo : migrasi keluar pada jangka waktu antara
kedua kejadian
Mi : migrasi masuk pada jangka waktu antara
kedua kejadian
Kriteria pengukuran
tingkat pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut :
·
Rendah,
apabila tingkat pertumbuhan penduduk kurang dari 1% per tahun
·
Sedang,
apabila tingkat pertumbuhan penduduk antara 1-2% per tahun
·
Tinggi,
apabila tingkat pertumbuhan penduduk lebih dari 2% per tahun
2. Persebaran Penduduk
Salah satu
masalah kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak merata.
Di satu pihak Pulau Jawa yang luasnya 6,75% dari luas Indonesia menampung
penduduk 58,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Di pihak lain pulau – pulau di
luar Jawa yang luasnya 93,25% dari luas Indonesia dengan penduduk hanya 41,3%
dari jumlah penduduk Indonesia.
Penyebab tidak
meratanya penyebaran penduduk di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Kesuburan
tanah
Pulau Jawa umumnya mempunyai tingkat
kesuburan tanah yang tinggi yang disebabkan oleh banyaknya gunungapi. Debu
hasil letusan gunungapi sangat membantu kesuburan tanah. Oleh karena itu,
penduduk banyak terkonsentrasi pada wilayah – wilayah yang subur tersebut. Sebaliknya
wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, bagian timur Pulau Sumatera,
dan bagian selatan Papua, sebagian besar tanahnya mangandung gambut sehingga
sulit untuk dijadikan wilayah pertanian
b.
Pembangunan
industri
Sebagian besar industri dibangun di Pulau
jawa. Kondisi ini memancing tenaga kerja untuk datang mencari pekerjaan pada
wilayah – wilayah industri
c.
Kualitas
pendidikan
Sebagian besar sekolah dan perguruan
tinggi yang berkualitas berada di Pulau Jawa. Kondisi ini memancing orang untuk
mencari perguruan tinggi yang berkualitas
d.
Penyebaran
dan pengelolaan sumber daya alam yang kurang merata.
Wilayah di luar pulau Jawa memiliki
potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara baik dan merata. Misalnya,
potensi perikanan di Indonesia timur, potensi emas dan batu bara di Indonesia
bagian barat, potensi minyak dan gas alam di wilayah Indonesia timur, dan
sebagainya. Eksploitasi sumber daya alam di suatu wilayah dapat memancing
penduduk untuk pindah ke wilayah tersebut.
Dampak dari penyebaran
penduduk yang tidak merata antara lain :
·
Masalah
perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, pemerataan pembangunan, dan
pemerataan usaha
·
Masalah
perindustrian, seperti terkonsentrasinya industri di suatu wilayah tertentu
·
Masalah
sosial, seperti kemiskinan di daerah yang padat penduduknya
·
Masalah
ketenagakeraan, seperti terkonsentrasinya tenaga kerja di Pulau Jawa
·
Masalah
pendidikan, seperti kurangnya kualitas pendidikan di daerah – daerah terpencil
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, diperlukan usaha – usaha dari pemerintah antara lain :
·
Mendorong
program transmigrasi
·
Memperlancar
transportasi antar wilayah yang padat penduduknya dengan wilayah yang masih
jarang penduduknya, baik transportasi darat, laut, maupun udara
·
Pembangunan
industri di wilayah – wilayah luar Pulau Jawa yang mempunyai potensi sumber
daya alam.
·
Meningkatkan
kualitas pendidikan di luar Pulau Jawa
3. Cara memperoleh informasi
kependudukan
a.
Sensus
Penduduk
Pengertian sensus penduduk menurut PBB
adalah keseluruhan proses pengumpulan, menghitung dan menyusun dan menerbitkan
data – data demografi, ekonomi dan sosial yang menyangkut semua orang pada
waktu tertentu di suatu negara atau suatu wilayah tertentu.
b.
Survei
Penduduk
Survei penduduk adalah proses
pengumpulan dan penyusunan data kependudukan untuk mendapatkan informasi
tertentu yang biasanya berkaitan dengan permasalahan sosial ekonomi, psikologi,
dan faktor lain yang memengaruhi aspek demografi secara umum, seperti
kelahiran, kematian, dan migrasi. Survei penduduk biasanya menggunakan sampling,
baik random sampling, sampling bertingkat, sampling bertahap, sampling cluster,
ataupun kombinasinya. Hal ini dilakukam karena adanya berbagai keterbatasan
yang ada.
c.
Registrasi
Penduduk
Registrasi penduduk adalah proses
pencatatan peristiwa – peristiwa kependudukan. Data kependudukan yang dicatat
atau didaftarkan berupa peristiwa vital atau penting, seperti kelahiran,
kematian, dan perkawinan
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi
fenomena antroposfer
Fenomena antroposfer
menyangkut tiga aspek, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Maka ada
beberapa faktor sosial dan ekonomi yang berpegaruh terhadap ketiga aspek
tersebut, yaitu sebagai berikut :
a.
Pendidikan
Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap banyaknya anak dalam suatu keluarga. Menurut
J.Hull, makin tinggi tingkat pendidikan makin rendah jumlah anak dalam suatu
keluarga, sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan makin banyak jumlah anak
dalam suatu keluarga. Di negara – negara maju yang tingkat pendidikannya
tinggi, jumlah anak dalam suatu keluaraga antara 1 – 3 orang. Contohnya adalah
negara – negara Eropa, Amerika, Jepang. Sebaliknya di negara - negara
berkembang yang sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah, jumalah anak
dalam suatu keluarga lebih banyak. Contohnya Indonesia, India, dan negara –
negara Afrika.
b.
Kesehatan
Adanya
perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berdampak pada berkurangnya
angka kematian.
c.
Keluarga
berencana
Keikutsertaan
penduduk terhadap program pemerintah di bidang keluarga berencana bisa
berpengaruh terhadap menurunnya angka kelahiran.
d.
Kemiskinan
Kemiskinan
penduduk di suatu wilayah dapat mendorong penduduk untuk pindah ke tempat lain
mencari kehidupan yang lebih layak. Misalnya penduduk yang melakukan urbanisasi
dari desa ke kota. Oleh karena sulitnya mencari mata pencaharian di desa,
penduduk pindah ke kota untuk mencari matapencaharian guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Selain itu, kemiskinan di eilayah perkotaan juga memperbesar angka
kematian karena angka kecukupan gizinya rendah
e.
Pendapatan
penduduk
Tingkat
pendapatan penduduk bisa berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah anak dalam
suatu keluarga. Penduduk yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah bisa
mendorong penambahan jumlah anak dalam suatu keluarga, misalnya dari 2 orang
menjadi 3 sampai 4 orang anak. Hal ini disebabkan apabila mereka mempunyai
jumlah anak yang banyak, anak tersebut dapat memantu orang tuanya untuk
menambah penghasilan.
5. Menyajikan Informasi kependudukan
melalui peta.
Informasi kependudukan
dapat dikelompokkan dengan membuat peta bertemakan kependudukan seperti peta
persebaran penduduk, peta pertumbuhan penduduk, dan sebagainya.
Contohnya adalah Peta
Kepadatan Penduduk Kota Surakarta sebagai berikut :
Sumber : Danar Tri Saputro, 2008
Dari peta tersebut
dapat diketahui daerah – daerah di Kota Surakarta yang kepadatan penduduknya tinggi dan daerah yang kepadatan
penduduknya rendah. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi mayoritas berada di
bagian selatan Kota Surakarta karena banyak terdapat industri dan pusat – pusat
perdagangan. Selain itu Kota Surakarta bagian selatan merupakan pusat
pertumbuhan dengan adanya Kraton dan kantor Walikota yang merupakan pusat
pemerintahan. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah berada di
bagian utara Kota Surakarta, hal ini disebabkan karena tidak banyak terdapat
fasilitas – fasilitas masyarakat, pusat – pusat perdagangan dan industri.
Sumber referensi :
Lembaga
Demografi FEUI. 1981. Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: F.E.U.I
Pabundu, Tika dkk.
2007. Pengetahuan Geografi 2 SMA/MA.
Jakarta : Bumi Aksara
0 comments:
Post a Comment