Kata
tanah dapat digunakan dalam beberapa pengertian, baik pengertian sehari-hari
maupun pengertian ilmiah. Tanah menurut pengertian sehari-hari menyangkut
penggunaan tanah secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan secara
ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simonson (1957;Tatat
Sutarman 1992) tanah itu merupakan permukaan lahan yang kontinu menutupi kerak
bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, di puncak-puncak pegunungan, dan
di tempat-tempat bersalju abadi.
Menurut
Soil Survey Staff (1975;Tatat Sutarman1992) tanah adalah kumpulan tubuh alami
pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dapat dibuat oleh manusia dari
penyusun-penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan
akar tanaman. Di bagian atas dibatasi
oleh udara atau air yang sangat dangkal, ke samping dibatasi oleh air yang atau
bahkan hamparanes atau batuan, sedangkan di bagian bawah dibatasi oleh suatu
materi yang tidak dapat disebut tanah, yang sulit di definisikan. ukuran
terkecilnya 1 sampai 10 m² tergantung pada keragaman horisonnya.
A. Faktor Pembentuk Tanah
Pembentukan
tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai proses,
baik prosesfisik maupun kimia. Kelima faktor tersebut adalah iklim, makhluk
hidup, bahan induk, topografi, dan waktu. Jenny (1946; Isa Darmawijaya 1992)
merumuskan korelasi sifat-sifat tanah diantara faktor-faktor genese tanah
sebagai berikut :s = f (I, h, b, t, w,…)
s :
tiap sifat tanah yang seperti kadar lempung, pH, dll.
i :
iklim
h :
makhluk hidup
b :
bahan induk
t :
topografi
3
|
1. Iklim
Iklim
sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh
terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik
10°C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh
mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah.
Curah hujan dan suhu tinggi di daerah
tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat, sehingga proses pelapukan dan
pencucian berjalan cepat. Akibatnya
banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadarunsur
hara dan bereaksi masam. Di daerah-daerah
yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur, pencucian tidak
berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih tinggi kadar basanya.
2. Bahan
Induk
Bahan
induk berwujud batuan, mineral-mineral, dan zat organik. Bahan induk sangat
berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah. Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan
induknya, namun hal ini tidak selalu terjadi. Isa Darmawijaya (1992) mendefinisikan tanah
yang memperlihatkan sifat-sifat (terutama kimia) yangsama dengan bahan induknya
digolongkan dalam tanah-tanah endodynamomorf,
sedangkan tanah-tanah lainnya yang memperlihatkan sifat-sifat yang lain dari
bahan asalnya digolongkan dalam tanah-tanah ectodynamomorf.
Sifat-sifat
penting yang mempengaruhi proses pelapukan antara lain tekstur batuan, struktur
batuan, kadar Ca yang dikandung bahan induk, dan jenis mineral yang menyusun
batuan. Tiap sifat bahan induk tersebut merupakan faktor pengubah bebas dalam
proses pembentukan tanah. Tekstur batuan biasanya menentukan dalamnya profil
tanah. makin ringan tekstunya, makin dalam profil tanahnya. Granit bertekstur kasar di daerah beriklim lembab-sedang
lebih cepat mengalami pelapukan dari pada granityang bertekstur halus, meskipun
mempunyai susunan mineral dan kimia yang sama.
Susunan
kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempengaruhi intensitas pelapukan, tetapi
kadang-kadang menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah lembab akan
menghambat tingkat kemasaman tanah. Di
samping itu, vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya
banyak mengandung basa-basa. Dengan
adanya pengembalian basa-basa tanah atas melalui serasah dari vegetasi tersebut,
maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat.
3. Makhluk
hidup
Pengaruh
organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan
organik, siklus unsus hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat
dipegnaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen
dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme baik yang hidup
sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Demikian juga
dengan vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan penghalang untuk
terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang.
Kandungan
unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah hutan berwarna merah
sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyaknya
sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput.
4. Topografi
Relief
adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk didalamnya
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah
dengan cara:
a.
Mempengaruhi jumlah air hujan yang
meresap atau ditahan masa tanah,
b.
mempengaruhi dalamnya air tanah,
c.
mempengaruhi besarnya erosi, dan
d.
mengarahkan gerakan air berikut
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.
Topografi
suatu daerah dapat dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di daerah
yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau
menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna
kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibaat genangan air tersebut.
Sifat-sifat
tanah yang umunya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan
kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison,
reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.
5. Waktu
Tanah
merupakan benda alam yang terus menerus berubah sehingga akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin
kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tingal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah
juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.
Karena
proses pembentukan tanah terus berjalan
maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature
soil), dan tanah tua (old soil).
a. Tanah
muda
Pada
tingkat ini proses pembentukan tanah utama berupa proses pelapukan bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah
karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horion A dari C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat
bahan induknya. Yang termasuk tanah muda
adalah jenis tanah entisol (alluvial, Regosol).
b. Tanah
dewasa
Dengan proses yang lebih lanjut maka
tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses
pembentukan horison B. Pada tingkat ini
tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur-unsur hara dalam
tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pancucian unsur hara belum
lanjut. Jenis tanah yang termasuk dalam
tingkat ini antaara lain Inceptisol (Latosol Coklat, Andosol dll), Vertisol,
Mollisol dan sebgainya.
c. Tanah
tua
Dengan
menignkatnya umur maka proses pembentukan tanah berjalan lebih lanjut. Sehingga terjadi perubahan-perubahan yang
lebih nyata pada horison A dan B. Disamping itu pelapukan mineral dan pencucian
basa-basa makin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di
dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain
adalah tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).
Kekeringan
dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu yang sama (umur yang sama)
tanah disuatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedangkan di tempat lain
yang beriklim kering atau terus-menerus tererosi mungkin tanahnya belum
berkembang. Oleh karena itu tua mudanya
tanah tidak dapt dinyatakan dari umur tanah tersebut (dalam tahun), tetapi
harus didasarkan pada tingkat perkembangna horison yang ada.
B. Deskripsi Tanah
1. Informasi
seputar titik sampel
a. Tempat
penelitian
Tempat penelitian yang di lakukan di
daerah mana yang di gunakan sebagai obyek kegiatan praktikum Geografi Tanah. Letak
administrasi suatu daerah mencakup desa, kecamatan, kabupaten, sedangkan
untukletak geografis dapat di lihat di peta. Di lokasi penelitian juga bisa
menentukan lokasi astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur) dengan
menggunakan GPS.
b. Seri,
fase dan simbol satuan peta
Isian
dalam seri diisi sesuai dengan seri yang di wakili pengamatan profil yang dilakukan,
untuk fase diisi sesuai dengan fase yang digunakan untuk menyusun suatu peta
tanah. Sedang pada isian kolom simbol suatu peta diisi sesuai dengan simbol
suatu peta dimana pengamatan sedang digunakan.
c. Relief
Relief
dibedakan menjadi dua, yaitu relief makro dan relief mikro.
1) Relief
Makro, adalah perbedaan ketinggian dari permukaan lahan pada sekala yang luas.
2) Relief
Mikro, adalah perbedaan tinggipermukaan lahan baik alami maupun buatan pada
skala sempit.
d. Jenis
Vegetasi
Deskripsi
mengenai vegetasi mencakup vegetasi yang dominan dan vegetasi spesifik yang
terdapat di daerah pengamatan. Informasi
mengenai vegetasi ini dapat membantu dalam pendugaan sementara (di
lapangan) terhadap kondisi tanahnya. Deskripsi mengenai penggunaan lahan mencakup
bentuk penggunaan lahan, tanaman yang di budidayakan, pola tanam, pengelolaan,
pupuk yang di gunakan, hama atau penyakit yang dijumpai dan hasil dari lahan
tersebut. Informasimengenai penggunaan
lahan di daerah penelitian berguna pada tahap interpretasi hasil survey, yaitu
penelitian tanah di daerrah penelitian untuk penggunaan tertentu serta
pengelolaannya yang sesuai agar dapat memberikan hasil yang optimal.
2. Morfologi
Luar
a.
Drainase
Drainase adalah
kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run-offmaupun peresapan air kedalam
tanah. Drainase sebagai sifat tanah
dapat pula diartikan sebagai frekuensi dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan
air. Evaporasi dan transpirasi
menyebabkan penguapan air. Drainase
tanah selain tampak akibat hasil pengamatan ciri morfologi tanah lain, juga
dapat diamati langsung. Klasifiksi
drainase internal dan eksternal adalah sebagai berikut.
1)
Drainase luar
(eksternal)
Drainase luar diamati
dengan menentukan perbandingan relatif jumlah air yang mengalir di permukaan
tanah dari bidang tanah ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan. Faktor yang mempengaruhi drainase permukaan
adalah topografi dan kemampuan tanah meresap air.
a)
Sangat cepat (very rapid)
Air
hujan yang jatuh langsung mengalir meninggalkan permukaan tanah, sangat sedikit
yang meresap ke dalam tanah, lereng curam, dan peresapan tanah jelek.
b)
Cepat (rapid)
Sebagian
air hujan mengalir meninggalkan permukaan, sebagian kecil meresap ke dalam
tanah, lereng curam, dan peresapan tanah agak baik.
c)
Sedang (medium)
Air
hujan sementara waktu tinggal di permukaan dan meresap kedalam tanah, kandungan
air optimal untuk pertumbuhan tanaman. Lereng melandai peresapan tanah baik.
d)
Lambat (slow)
Air
hujan sebagian besar tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah
atau menguap. Daerah datar dan porositas
tanah rendah.
e) Sangat
lambat (very slow)
Air
hujan seluruhnya tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah atau
menguap. Daerah datar agak cekung, dan
porositasnya rendah.
f) Tergenang
(ponded)
Air hujan seluruhnya
tergenang. Daerah cekungan porositasnya
sangat rendah atau tertahan lapisan kedap.
2) Drainase dalam
Drainase dalam adalah
kualitas tanah yang menurunkan sejumlah air dinyatakan dalam frekuensi dan
lamanya penjenuhan air,dan selanjutnya hal ini dipengaruhi oleh tekstur, dan
struktur. Dalam drainase dalam, klas
drainase ditentukan dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam
penampang tanah. Gejala-gejala tersebut
antara lain adalah warna tanah yang pucat, kelabu, atau adanya bercak-bercak
karatan.
Warna tanah yang pucat
atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat. Bercak karatan menunjukkan bahwa udara masih
dapat masuk ke dalam tanah sehingga terjadi oksidasi di tempat dan terbentuk
senyawa-senyawa Fe++ (besi)yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang sehingga tata
udara alan tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi
(Fe+++). Oleh karena itu,
tanah umumnya berwarna merah coklat.
a) Berlebihan
Kelebihan air akan
segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah
sehingga tanaman aka segera kekurangan air.
b) Baik
Tanah mempunyai
peredaran udara baik,. Seluruh profil
tanah dari atas sampai ke bawah (200cm) berwarna terang yang seragam dan tidak
terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.
c) Agak
baik
Tanah memliki peredaran
udara baik di daerah perakaran. Tidak
terdapat bercak berwarna-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada
lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.
d) Agak
buruk
Lapisan tanah atas
mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning,
kelabu, atau coklat. Bercak terdapat
pada seluruh lapisan bawah.
e) Buruk
Bagian bawah lapisan
atas (dekat permukaan) terdapat bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
f) Sangat
buruk
Seluruh lapisan atas
sampai lapisan permukaan berwarna kelabu dan lapisan tanah bawah berwarna
kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
b. Keadaan
batuan
Menurut ukurannya batu
dipermukaan dibedakan atas kerikil, batu kecil, dan batu besar/bongkah. Klasifikasi tutupan batu dan singkapan batuan
pada permukaan lahan adalah sebagai berikut:
1) Kerikil
Berdiameter
>2mm dan jika bentuknya bulat mencapai <7,5cm sedangkan bentuk pipih
berkisar sampai 15cm.
Pengelompokan:
a) Sangat
banyak, 60 – 100% permukaan tanah tertutup.
b) Banyak,
35 – 60% permukaan tanah tertutup.
c) Sedang,
15 – 35% permukaan tanah tertutup.
d) Sedikit
atau tidak ada, 0 – 15% permukaan tanah tertutup.
2) Batu
kecil
Berdiameter
7,5 – 25cm dan bentuknya bulat atau sumbu panjangnya berukuran 15 – 40cm jika
berbentuk pipih.
Pengelompokan:
a) Sangat
banyak, 60 – 100%. Permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan vegetasi sangat terganggu.
b) Banyak,
35 – 60%. Permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan vegetasi sebagian terganggu.
c) Sedang,
15 – 35%. Permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan vegetasi mulai terganggu.
d) Sedikit
atau tidak ada 0 – 15%. Permukaan tanah tertutup.
3) Batu
besar atau bongkahan
Berdiameter
>25cm jika berbentuk bulat, sedangkan
>40cm jika berbentuk pipih.
Pengelompokan:
a) Sangat
banyak, >90% Permukaan tanah tertutup. Tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
b) Banyak,
15 – 90% Permukaan tanah tertutup. Pengolahan dan penanaman menjadi sangat sulit.
c) Sedang,
3 – 15% Permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah mulai agak sulit.
d) Sedikit,
0,01 – 3% Permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu,
tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
e) Tidak
ada, <0,01% Permukaan tanah tertutup.
3. Morfologi
Dalam
a. Horison Tanah
Horison tanah adalah
lapisan atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan
berbeda dari lapisan disebelah atas ataupun bawahnya yang secara genetic ada
kaitannya. Perbedaan tersebut dapat
bersifat fisik, kimia, biologi atau cirri-ciri seperti warna, struktur,
tekstur, konsistensi, macam dan jumlah organisme yang terdapat, tingkat
kemasaman atau alkalian, dsb.
Horison dan atau
lapisan tanah diberi symbol dengan huruf capital O, A, E, B, C dan R. Keterangan dari masing-masing horison tanah
adalah sebagai berikut :
O adalah symbol untuk horison atau lapisan
yang didominasi oleh bahan organic.
A adalah
symbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah lapisan atas atau
dibawah horison O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian struktur
batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat berikut :
1) Dicirikan
oleh akumulasi bahan organik terakumulasi bercampur sangat intensif dengan
fraksi mineral dan tidak didominasi oleh sifat-sifat yang merupakan
karakteristik horison A atau B.
2) Memiliki
sifat-sifat yang diakibatkan oleh pengolahan tanah, penggembalaan atau gangguan
lain yang sejenis.
E adalah symbol untuk horison yang mengalami
proses pencucian maksimal, dicirikan oleh warna yang lebih terang daripada horison
B yng terletak dibawahnya. Umumnya
terdapat pada tanah spodosols, dijumpai didaerah dataran berawa disumatera atau
Kalimantan. Pencucian yang diakibatkan
proses elufiasi menyusutkan kandungan lempung silikat, besi, alumunium atau
kombinasi senyawa lainnya dan meninggalkan butir-butir pasir hingga debu.
B adalah
symbol untuk horison yang terbentuk dibawah horison A, E atau O yang telah
mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat
berikut :
a) Penimbunan
elufiasi lempung silikat, besi, aluminium, humus, karbonat, gips, silica atau kombinasinya.
b) Gejala
menyusutnya kandungan karbonat (CaCO3, MgCO3)
c) Penimbunan
residual dari seskuioksida (Fe2O3+Al2O3)
d) Penyelaputan
seskuioksida yang menyebabkan horisonnya secara mencolok mempunyai value lebih
rendah kroma lebih tinggi atau hue lebih merah dibandingkan horison diatas atau
dibawahnya
e) Proses
alterasi yang membentuk mineral lempung pembebasn oksida-oksida (Fe, Al, Si)
dan membentuk struktur atau kerapuhan.
C adalah simbol untuk horison atau lapisan
bahan induk tanah sedikit dipengaruhi oleh proses pedogenik mungkin telah
mengalami modifikasi wlaupun tidak terdapa gejala pedogenik. Termasuk horison C apabila batuan hancur dalam
perendaman air selama 24 jam.
R adalah
simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basaal, batu gamping, batu
pasir dll.
b.
Batas-batas horison
Batas suatu horison
dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur.
Dalam pengamatan ditanah lapang
ketajaman peralihan horison-horison ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan
yaitu nyata (lebar peralihan <2. ,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm),
berangsur (lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan > 12,5
cm). disamping itu bentuk topografi dari
batas horison tersebut dapat rata berombak tdak teratur atau terputus. (Hardjowigeno,
Sarwono 1993:4).
Batas horison atau
lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan (topografi batas). Berikut adalah symbol yang digunakan untuk
kejelasan dan bentuk peralihan.
Penjelasan
:
a (aburpt)
simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm.
c (clear)
simbol untuk peralihan jelas lebar peralihan 2-5 cm.
g (gradual)
simbol untuk peralihan berangsur lebar peralihan 5-12 cm.
d (diffuse)
simbol untuk peralihan baur, lebar peralihan > 12 cm.
Bentuk
peralihan :
s (smooth)
simbol untuk bentuk peraihan relative rata.
w (weavy)
simbol untuk bentuk peralihan berombak, lebarnya lebih besar daripada dalamnya.
i (irregular)
simbol untuk bentuk peralihan tidak teratur, lebar lebih kecil daripada
dalamnya.
b (brokken)
simbol untuk batas terputus.
Misalnya peralihan dari
horison A ke B jelas berombak, maka simbolnya adalah cw.
c. Kedalaman Tanah
(Solum)
Merupakan tubuh tanah
yang terdiri dari Topsoil (tanah atasan) dan Subsoil (tanah bawahan), di mana
Topsoil terdiri dari Surfacesoil
(tanah permukaan) dan Sub Surface soil (tanah bawah permukaan). Solum tanah ini merupakan landasan penting
bagi memilah tubuh tanah individu. Solum
tanah merupakan suatu profil tanah tidak lengkap. Walaupun batasnya seerhana namun pemakaiannya
di lapangan cukup membingungkan, khususnya dalam menetapkan batas bawah suatu
solum tanah secara praktikal adalah melalui pensidikan pad jeluk penetrasi
perakaran tanaman tahunan.
Pada
tanah-tanah yang tidak memiliki lapisan padat yang bisa menghambat penetrai
akar, maka perakaran tanaman akan berpulang menembus sampai perbatasan mintakan
tanah dan bahan biologis (bahan bukan tanah). Solum tanah sulit
diinterpretasikan memuaskan jika pengamatannya melibatkan paling sedikit satu
lapisan di bawah solum agar bsa memperoleh jawaban mengapa mintakat perakaran
perakaran erhenti pada suatu mintakat atau mengapa bahan lindian dari mintakat
terlonggok di bawah mintakat itu. Dalam
solum tanah ini terdiri dari horison tanah yaitu A, E dan B.
d. Tekstur
Tekstur tanah menurut
Henry D. Foth adalah ukuran relatif
partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan
atau kekasaran tanah. Lebih khasnya,
tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat.
Tekstur tanah menunjukkan fraksi dominan dari ketiga fraksi tanah
tersebut.
Fraksi / zarah
/ butir / partikel dibedakan menjadi:
Jogja Bogor
Sand Pasir Pasir
Silt Debu Debu
Clay Lempung Liat
Ukuran
masing-masing fraksi tanah :
Fraksi sand : diameternya antara 2 mm – 0,05 mm
Fraksi Silt : diameternya antara 0,05 mm – 0,002 mm
Fraksi Clay : diameternya antara
< 0,002 mm
Cara
pengukuran tekstur tanah dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kuantitatif (uji
laboraturium) dan secara kualitatif (di lapangan).
1) Secara Kuantitatif
Pengukuran tekstur tanah di laboraturium dilakukan
dengan hasil akhir berupa persentase perbandingan antar fraksi sand, silt dan clay.
Setelah diperoleh persentase
perbandingan antar fraksi kemudian dicocokkan degan segitiga tekstur tanah.
2) Secara kualitatif
Pengukuran tekstur tanah yang dilakukan secara kualitatif atau dilapangan
dapat dilakukan dengan 2 cara :
a) Dengan meremas atau mengulin antara ibu jari dengan
jari telunjuk
Caranya dengan mengambil segumpal tanah sebesar
kelereng kemudian diremas atau diulin. Jika tanah dalam keadaan kering hendaknya
dibasahi terlebih dahulu agar lebih mudah diuli.
Ketentuannnya
sebagai berikut:
(1)
Bila terasa kasar, tidak dapat dibentuk, partikel pasir yang dominan
disebut tanah bertekstur pasir.
(2) Bila terasa halus, licin seperti sabun atau serbuk
talk bila kering, dapat dibentuk tetapi mudah pecah, partikel debu yang
dominan, disebut tekstur debu (silty).
(3) Bila dalam keadaan basah melincir, liat dan lekat,
mudah sekali dibentuk dan tidak mudah pecah disebut tekstur lempung (clay).
(4)
Bila terasa kasar, halus dan liat secara bersama dalam proporsi yang
kurang lebih sama disebut tekstur geluh (loam).
b) Uji manipulasi (manipulation
test)
Uji manipulasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menetapkan
tekstur tanah. Cara ini termasuk dalam
cara kualitatif yang dilakukan dilapangan. Caranya dengan mengambil tanah yang kemudian
dibentuk melingkar menyerupai gelang. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :
(1) A Simple Hillock. Teksturnya tergolong dalam kelas
pasir (sand).
(2) A Tablet. Teksturnya tergolong dalam Kelas pasir geluhan
(loamy sand).
(3) A Roll of 10cm With Crack. Teksturnya tergolong dalam Geluh
pasiran (sandy loam).
(4) A Roll 10 cm Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas
geluh (loam).
(5) A Horse Shoe With Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas
geluh lempungan (clay loam).
(6) A Horse Shoe Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas
lempung geluhan (loamy clay).
(7) An Enclosure Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas
lempung (clay).
e. Struktur
Struktur tanah ialah sifat fisik tanah yang
menyatakan cara terikat dan letak butir tanah yang satu dengan yang lain. Klasifikasi struktur tanah dibedakan
berdasarkan pada bentuk dan susunan agregat atau yang disebut tipe struktur,
ukuran atau diameter agregat yang dinamakan kelas struktur, serta kemantapan
atau kekuatan agregat yang dinamakan derajat struktur.
Tipe struktur tanah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu
:
1. Tipe granuler
Bersifat
secara nisbi kurang-tidak berpori. Tipe
remah / crumb lebih berpori.
2. Tipe lempeng
3. Tipe gumpal
Tipe gumpal bersudut ialah yang rusuk-rusuknya
bersegi tajam. Tipe gumpal membulat
berusuk bersegi tak tajam.
4. Tipe tiang
Tipe tiang prismatik ialah yang ujung maupun rusuknya
bersegi. Tipe tiang kolumnar rusuk bersegi, tetapi ujungnya membulat.
Gambar 5. Struktur tanah tipe tiang
Tabel 1. Klasifikasi ukuran
struktur tanah
Ukuran
struktur tanah tipe granuler / kersai
|
|
Ukuran struktur tanah
|
Ketebalan
|
Sangat
halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
|
< 2 mm
1 – 2 mm
2 – 5 mm
5 – 10 mm
> 10mm
|
Ukuran struktur tanah tipe lempeng (platy)
|
|
Ukuran struktur tanah
|
Ketebalan
|
Sangat tipis
Tipis
Sedang
Tebal / kasar
Sangat tebal
|
< 1mm
1 – 2 mm
2 – 5 mm
5 – 10 mm
> 10mm
|
Ukuran struktur tanah tipe gumpal
|
|
Ukuran struktur tanah
|
Ketebalan
|
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat Kasar
|
< 5mm
5 – 10 mm
10 – 20 mm
20 – 50 mm
> 50 mm
|
Ukuran struktur tanah tipe tiang
|
|
Ukuran struktur tanah
|
Ketebalan
|
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat Kasar
|
<
10 mm
10
– 20 mm
20
– 50 mm
50
– 100 mm
>
100 mm
|
f. Konsistensi
Menurut Henry D. Foth, konsistensi adalah resistensi tanah
terhadap deformasi atau kepecahan dan ditentukan oleh sifat sifat kohesif dan
andhesif seluruh massa tanah. Sementara
struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan kebedaan agregat tanah alami,
konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan keadaan gaya antarpartike. Konsistensi itu penting untuk pembajakan dan
pertimbangan lalu lintas. Bukit pasir
menunjukkan sifat sifat kohensif dan andhesif yang minimum serta mudah
terderformasi sehingga kendaraan bermotor dapat macet. Tanah liat dapat begitu lengket bila basah
sehingga menyebabkan pembajakan menjadi sulit. Konsistensi dipertelakan untuk tiga taraf
kelembapan yaitu basah, lembab, dan kering. Suatu tanah mungkin lengket bila basah, kenyal
bila lembab, dab keras bila kering. Istilah istilah yang digunakan untuk
mempertelakan lkonsistensi mencakup :
1) Tanah
basah/ tak lengket, lengket, tak plastis, plastis.
2) Tanah
lembab/lepas, mudah rontok, kenyal.
3) Tanah
kering/lepas, halus,keras.
0 comments:
Post a Comment