Wednesday, April 4, 2012

TANAH


Kata tanah dapat digunakan dalam beberapa pengertian, baik pengertian sehari-hari maupun pengertian ilmiah. Tanah menurut pengertian sehari-hari menyangkut penggunaan tanah secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan secara ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simonson (1957;Tatat Sutarman 1992) tanah itu merupakan permukaan lahan yang kontinu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, di puncak-puncak pegunungan, dan di tempat-tempat bersalju abadi.
Menurut Soil Survey Staff (1975;Tatat Sutarman1992) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dapat dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.  Di bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang sangat dangkal, ke samping dibatasi oleh air yang atau bahkan hamparanes atau batuan, sedangkan di bagian bawah dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah, yang sulit di definisikan. ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m² tergantung pada keragaman horisonnya.

A.  Faktor Pembentuk Tanah
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai proses, baik prosesfisik maupun kimia. Kelima faktor tersebut adalah iklim, makhluk hidup, bahan induk, topografi, dan waktu. Jenny (1946; Isa Darmawijaya 1992) merumuskan korelasi sifat-sifat tanah diantara faktor-faktor genese tanah sebagai berikut :s = f (I, h, b, t, w,…)
s    : tiap sifat tanah yang seperti kadar lempung, pH, dll.
i    : iklim
h   : makhluk hidup
b   : bahan induk
t    : topografi
3
w  : waktu
1.    Iklim
Iklim sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah.  Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10°C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah.
Curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat, sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.  Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadarunsur hara dan bereaksi masam.  Di daerah-daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur, pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih tinggi kadar basanya.

2. Bahan Induk
Bahan induk berwujud batuan, mineral-mineral, dan zat organik. Bahan induk sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah.  Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan induknya, namun hal ini tidak selalu terjadi.  Isa Darmawijaya (1992) mendefinisikan tanah yang memperlihatkan sifat-sifat (terutama kimia) yangsama dengan bahan induknya digolongkan dalam tanah-tanah endodynamomorf, sedangkan tanah-tanah lainnya yang memperlihatkan sifat-sifat yang lain dari bahan asalnya digolongkan dalam tanah-tanah ectodynamomorf.
Sifat-sifat penting yang mempengaruhi proses pelapukan antara lain tekstur batuan, struktur batuan, kadar Ca yang dikandung bahan induk, dan jenis mineral yang menyusun batuan. Tiap sifat bahan induk tersebut merupakan faktor pengubah bebas dalam proses pembentukan tanah. Tekstur batuan biasanya menentukan dalamnya profil tanah. makin ringan tekstunya, makin dalam profil tanahnya.  Granit bertekstur kasar di daerah beriklim lembab-sedang lebih cepat mengalami pelapukan dari pada granityang bertekstur halus, meskipun mempunyai susunan mineral dan kimia yang sama.
Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempengaruhi intensitas pelapukan, tetapi kadang-kadang menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya.  Terdapatnya batu kapur di daerah lembab akan menghambat tingkat kemasaman tanah.  Di samping itu, vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa.  Dengan adanya pengembalian basa-basa tanah atas melalui serasah dari vegetasi tersebut, maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat.

3. Makhluk hidup
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsus hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipegnaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Demikian juga dengan vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan penghalang untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah hutan berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput.

4. Topografi
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk didalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng.  Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara:
a. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah,
b. mempengaruhi dalamnya air tanah,
c. mempengaruhi besarnya erosi, dan
d. mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.

Topografi suatu daerah dapat dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibaat genangan air tersebut.
Sifat-sifat tanah yang umunya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.

5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tingal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.
Karena proses pembentukan tanah terus berjalan  maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil), dan tanah tua (old soil).
a.    Tanah muda
Pada tingkat ini proses pembentukan tanah utama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut.  Hasilnya adalah pembentukan horion A dari C.  Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya.  Yang termasuk tanah muda adalah jenis tanah entisol (alluvial, Regosol).
b.    Tanah dewasa
Dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horison B.  Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur-unsur hara dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pancucian unsur hara belum lanjut.  Jenis tanah yang termasuk dalam tingkat ini antaara lain Inceptisol (Latosol Coklat, Andosol dll), Vertisol, Mollisol dan sebgainya.

c.    Tanah tua
Dengan menignkatnya umur maka proses pembentukan tanah berjalan lebih lanjut.  Sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B.  Disamping itu pelapukan mineral dan pencucian basa-basa makin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam.  Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).

Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah.  Dalam periode waktu yang sama (umur yang sama) tanah disuatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedangkan di tempat lain yang beriklim kering atau terus-menerus tererosi mungkin tanahnya belum berkembang.  Oleh karena itu tua mudanya tanah tidak dapt dinyatakan dari umur tanah tersebut (dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangna horison yang ada.

B.        Deskripsi Tanah
1.    Informasi seputar titik sampel
a.    Tempat penelitian
Tempat penelitian yang di lakukan di daerah mana yang di gunakan sebagai obyek kegiatan praktikum Geografi Tanah. Letak administrasi suatu daerah mencakup desa, kecamatan, kabupaten, sedangkan untukletak geografis dapat di lihat di peta. Di lokasi penelitian juga bisa menentukan lokasi astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur) dengan menggunakan GPS.

b.    Seri, fase dan simbol satuan peta
Isian dalam seri diisi sesuai dengan seri yang di wakili pengamatan profil yang dilakukan, untuk fase diisi sesuai dengan fase yang digunakan untuk menyusun suatu peta tanah. Sedang pada isian kolom simbol suatu peta diisi sesuai dengan simbol suatu peta dimana pengamatan sedang digunakan.

c.    Relief
Relief dibedakan menjadi dua, yaitu relief makro dan relief mikro.
1)   Relief Makro, adalah perbedaan ketinggian dari permukaan lahan pada sekala yang luas.
2)   Relief Mikro, adalah perbedaan tinggipermukaan lahan baik alami maupun buatan pada skala sempit.

d.   Jenis Vegetasi
Deskripsi mengenai vegetasi mencakup vegetasi yang dominan dan vegetasi spesifik yang terdapat di daerah pengamatan. Informasi  mengenai vegetasi ini dapat membantu dalam pendugaan sementara (di lapangan) terhadap kondisi tanahnya.  Deskripsi mengenai penggunaan lahan mencakup bentuk penggunaan lahan, tanaman yang di budidayakan, pola tanam, pengelolaan, pupuk yang di gunakan, hama atau penyakit yang dijumpai dan hasil dari lahan tersebut.  Informasimengenai penggunaan lahan di daerah penelitian berguna pada tahap interpretasi hasil survey, yaitu penelitian tanah di daerrah penelitian untuk penggunaan tertentu serta pengelolaannya yang sesuai agar dapat memberikan hasil yang optimal.


2. Morfologi Luar
a. Drainase
Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run-offmaupun peresapan air kedalam tanah.  Drainase sebagai sifat tanah dapat pula diartikan sebagai frekuensi dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan air.  Evaporasi dan transpirasi menyebabkan penguapan air.  Drainase tanah selain tampak akibat hasil pengamatan ciri morfologi tanah lain, juga dapat diamati langsung.  Klasifiksi drainase internal dan eksternal adalah sebagai berikut.
1)   Drainase luar (eksternal)
Drainase luar diamati dengan menentukan perbandingan relatif jumlah air yang mengalir di permukaan tanah dari bidang tanah ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan.  Faktor yang mempengaruhi drainase permukaan adalah topografi dan kemampuan tanah meresap air.
a)    Sangat cepat (very rapid)
Air hujan yang jatuh langsung mengalir meninggalkan permukaan tanah, sangat sedikit yang meresap ke dalam tanah, lereng curam, dan peresapan tanah jelek.
b)   Cepat (rapid)
Sebagian air hujan mengalir meninggalkan permukaan, sebagian kecil meresap ke dalam tanah, lereng curam, dan peresapan tanah agak baik.
c)    Sedang (medium)
Air hujan sementara waktu tinggal di permukaan dan meresap kedalam tanah, kandungan air optimal untuk pertumbuhan tanaman.  Lereng melandai  peresapan tanah baik.


d)   Lambat (slow)
Air hujan sebagian besar tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah atau menguap.  Daerah datar dan porositas tanah rendah.
e)    Sangat lambat (very slow)
Air hujan seluruhnya tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah atau menguap.  Daerah datar agak cekung, dan porositasnya rendah.
f)    Tergenang (ponded)
Air hujan seluruhnya tergenang.  Daerah cekungan porositasnya sangat rendah atau tertahan lapisan kedap.

2)  Drainase dalam
Drainase dalam adalah kualitas tanah yang menurunkan sejumlah air dinyatakan dalam frekuensi dan lamanya penjenuhan air,dan selanjutnya hal ini dipengaruhi oleh tekstur, dan struktur.  Dalam drainase dalam, klas drainase ditentukan dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah.  Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna tanah yang pucat, kelabu, atau adanya bercak-bercak karatan.
Warna tanah yang pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat.  Bercak karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah sehingga terjadi oksidasi di tempat dan terbentuk senyawa-senyawa Fe++ (besi)yang berwarna merah.  Bila air tidak pernah menggenang sehingga tata udara alan tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi (Fe+++).  Oleh karena itu, tanah umumnya berwarna merah coklat.



a)    Berlebihan
Kelebihan air akan segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman aka segera kekurangan air.

b)   Baik
Tanah mempunyai peredaran udara baik,.  Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (200cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.

c)    Agak baik
Tanah memliki peredaran udara baik di daerah perakaran.  Tidak terdapat bercak berwarna-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.

d)   Agak buruk
Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat.  Bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah.

e)    Buruk
Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.

f)    Sangat buruk
Seluruh lapisan atas sampai lapisan permukaan berwarna kelabu dan lapisan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.



b.    Keadaan batuan
Menurut ukurannya batu dipermukaan dibedakan atas kerikil, batu kecil, dan batu besar/bongkah.  Klasifikasi tutupan batu dan singkapan batuan pada permukaan lahan adalah sebagai berikut:
1)   Kerikil
Berdiameter >2mm dan jika bentuknya bulat mencapai <7,5cm sedangkan bentuk pipih berkisar sampai 15cm.
Pengelompokan:
a)    Sangat banyak, 60 – 100% permukaan tanah tertutup.
b)   Banyak, 35 – 60% permukaan tanah tertutup.
c)    Sedang, 15 – 35% permukaan tanah tertutup.
d)   Sedikit atau tidak ada, 0 – 15% permukaan tanah tertutup.

2)   Batu kecil
Berdiameter 7,5 – 25cm dan bentuknya bulat atau sumbu panjangnya berukuran 15 – 40cm jika berbentuk pipih.
Pengelompokan:
a)    Sangat banyak, 60 – 100%. Permukaan tanah tertutup.  Pertumbuhan vegetasi sangat terganggu.
b)   Banyak, 35 – 60%. Permukaan tanah tertutup.  Pertumbuhan vegetasi sebagian terganggu.
c)    Sedang, 15 – 35%. Permukaan tanah tertutup.  Pertumbuhan vegetasi mulai terganggu.
d)   Sedikit atau tidak ada 0 – 15%. Permukaan tanah tertutup.

3)   Batu besar atau bongkahan
Berdiameter >25cm  jika berbentuk bulat, sedangkan >40cm jika berbentuk pipih.
Pengelompokan:
a)    Sangat banyak, >90% Permukaan tanah tertutup.  Tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
b)   Banyak, 15 – 90% Permukaan tanah tertutup.  Pengolahan dan penanaman menjadi sangat sulit.
c)    Sedang, 3 – 15% Permukaan tanah tertutup.  Pengolahan tanah mulai agak sulit.
d)   Sedikit, 0,01 – 3% Permukaan tanah tertutup.  Pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu, tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
e)    Tidak ada, <0,01% Permukaan tanah tertutup.

3. Morfologi Dalam
a. Horison Tanah
Horison tanah adalah lapisan atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan berbeda dari lapisan disebelah atas ataupun bawahnya yang secara genetic ada kaitannya.  Perbedaan tersebut dapat bersifat fisik, kimia, biologi atau cirri-ciri seperti warna, struktur, tekstur, konsistensi, macam dan jumlah organisme yang terdapat, tingkat kemasaman atau alkalian, dsb.
Horison dan atau lapisan tanah diberi symbol dengan huruf capital O, A, E, B, C dan R.  Keterangan dari masing-masing horison tanah adalah sebagai berikut :
O    adalah symbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organic.
A       adalah symbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah lapisan atas atau dibawah horison O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat berikut :
1)   Dicirikan oleh akumulasi bahan organik terakumulasi bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral dan tidak didominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horison A atau B.
2)   Memiliki sifat-sifat yang diakibatkan oleh pengolahan tanah, penggembalaan atau gangguan lain yang sejenis.
E       adalah symbol untuk horison yang mengalami proses pencucian maksimal, dicirikan oleh warna yang lebih terang daripada horison B yng terletak dibawahnya.  Umumnya terdapat pada tanah spodosols, dijumpai didaerah dataran berawa disumatera atau Kalimantan.  Pencucian yang diakibatkan proses elufiasi menyusutkan kandungan lempung silikat, besi, alumunium atau kombinasi senyawa lainnya dan meninggalkan butir-butir pasir hingga debu.
B       adalah symbol untuk horison yang terbentuk dibawah horison A, E atau O yang telah mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat berikut :
a)    Penimbunan elufiasi lempung silikat, besi, aluminium, humus, karbonat, gips, silica atau kombinasinya.
b)   Gejala menyusutnya kandungan karbonat (CaCO3, MgCO3)
c)    Penimbunan residual dari seskuioksida (Fe2O3+Al2O3)
d)   Penyelaputan seskuioksida yang menyebabkan horisonnya secara mencolok mempunyai value lebih rendah kroma lebih tinggi atau hue lebih merah dibandingkan horison diatas atau dibawahnya
e)    Proses alterasi yang membentuk mineral lempung pembebasn oksida-oksida (Fe, Al, Si) dan membentuk struktur atau kerapuhan.
C       adalah simbol untuk horison atau lapisan bahan induk tanah sedikit dipengaruhi oleh proses pedogenik mungkin telah mengalami modifikasi wlaupun tidak terdapa gejala pedogenik.  Termasuk horison C apabila batuan hancur dalam perendaman air selama 24 jam.
R       adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basaal, batu gamping, batu pasir dll.

b.    Batas-batas horison
Batas suatu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur.  Dalam pengamatan ditanah lapang ketajaman peralihan horison-horison ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan <2. ,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur (lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan > 12,5 cm).  disamping itu bentuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata berombak tdak teratur atau terputus.  (Hardjowigeno, Sarwono 1993:4).

Batas horison atau lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan (topografi batas).  Berikut adalah symbol yang digunakan untuk kejelasan dan bentuk peralihan.
Penjelasan :
a   (aburpt) simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm.
c   (clear) simbol untuk peralihan jelas lebar peralihan 2-5 cm.
g   (gradual) simbol untuk peralihan berangsur lebar peralihan 5-12 cm.
d   (diffuse) simbol untuk peralihan baur, lebar peralihan > 12 cm.

Bentuk peralihan :
s   (smooth) simbol untuk bentuk peraihan relative rata.
w (weavy) simbol untuk bentuk peralihan berombak, lebarnya lebih besar daripada dalamnya.
i    (irregular) simbol untuk bentuk peralihan tidak teratur, lebar lebih kecil daripada dalamnya.
b   (brokken) simbol untuk batas terputus.
Misalnya peralihan dari horison A ke B jelas berombak, maka simbolnya adalah cw.
c. Kedalaman Tanah (Solum)
Merupakan tubuh tanah yang terdiri dari Topsoil (tanah atasan) dan Subsoil (tanah bawahan), di mana Topsoil terdiri dari Surfacesoil (tanah permukaan) dan Sub Surface soil (tanah bawah permukaan).  Solum tanah ini merupakan landasan penting bagi memilah tubuh tanah individu.  Solum tanah merupakan suatu profil tanah tidak lengkap.  Walaupun batasnya seerhana namun pemakaiannya di lapangan cukup membingungkan, khususnya dalam menetapkan batas bawah suatu solum tanah secara praktikal adalah melalui pensidikan pad jeluk penetrasi perakaran tanaman tahunan.
Pada tanah-tanah yang tidak memiliki lapisan padat yang bisa menghambat penetrai akar, maka perakaran tanaman akan berpulang menembus sampai perbatasan mintakan tanah dan bahan biologis (bahan bukan tanah). Solum tanah sulit diinterpretasikan memuaskan jika pengamatannya melibatkan paling sedikit satu lapisan di bawah solum agar bsa memperoleh jawaban mengapa mintakat perakaran perakaran erhenti pada suatu mintakat atau mengapa bahan lindian dari mintakat terlonggok di bawah mintakat itu.  Dalam solum tanah ini terdiri dari horison tanah yaitu A, E dan B.
d. Tekstur
Tekstur tanah menurut Henry D.  Foth adalah ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah.  Lebih khasnya, tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat.
Tekstur tanah menunjukkan fraksi dominan dari ketiga fraksi tanah tersebut.
Fraksi / zarah / butir / partikel dibedakan menjadi:
                      Jogja                Bogor    
Sand              Pasir                Pasir
Silt                Debu               Debu
Clay              Lempung         Liat

Ukuran masing-masing fraksi tanah :
Fraksi sand    : diameternya antara 2 mm – 0,05 mm
Fraksi Silt      : diameternya antara 0,05 mm – 0,002 mm
Fraksi Clay    : diameternya antara < 0,002 mm
Cara pengukuran tekstur tanah dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kuantitatif (uji laboraturium) dan secara kualitatif (di lapangan).
1)   Secara Kuantitatif
Pengukuran tekstur tanah di laboraturium dilakukan dengan hasil akhir berupa persentase perbandingan antar fraksi sand, silt dan clay.   Setelah diperoleh persentase perbandingan antar fraksi kemudian dicocokkan degan segitiga tekstur tanah.
2) Secara kualitatif
Pengukuran tekstur tanah yang dilakukan secara kualitatif atau dilapangan dapat dilakukan dengan 2 cara :
a)    Dengan meremas atau mengulin antara ibu jari dengan jari telunjuk
Caranya dengan mengambil segumpal tanah sebesar kelereng kemudian diremas atau diulin.  Jika tanah dalam keadaan kering hendaknya dibasahi terlebih dahulu agar lebih mudah diuli.
Ketentuannnya sebagai berikut:
(1) Bila terasa kasar, tidak dapat dibentuk, partikel pasir yang dominan disebut tanah bertekstur pasir.
(2) Bila terasa halus, licin seperti sabun atau serbuk talk bila kering, dapat dibentuk tetapi mudah pecah, partikel debu yang dominan, disebut tekstur debu (silty).
(3) Bila dalam keadaan basah melincir, liat dan lekat, mudah sekali dibentuk dan tidak mudah pecah disebut tekstur lempung (clay).
(4) Bila terasa kasar, halus dan liat secara bersama dalam proporsi yang kurang lebih sama disebut tekstur geluh (loam).
b)  Uji manipulasi (manipulation test)
Uji manipulasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menetapkan tekstur tanah.  Cara ini termasuk dalam cara kualitatif yang dilakukan dilapangan.  Caranya dengan mengambil tanah yang kemudian dibentuk melingkar menyerupai gelang.  Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :
(1) A Simple Hillock.  Teksturnya tergolong dalam kelas pasir (sand).
(2) A Tablet.  Teksturnya tergolong dalam Kelas pasir geluhan (loamy sand).
(3) A Roll of 10cm With Crack.  Teksturnya tergolong dalam Geluh pasiran (sandy loam).
(4) A Roll 10 cm Without Crack.  Teksturnya tergolong dalam Kelas geluh (loam).
(5) A Horse Shoe With Crack.  Teksturnya tergolong dalam Kelas geluh lempungan (clay loam).
(6) A Horse Shoe Without Crack.  Teksturnya tergolong dalam Kelas lempung geluhan (loamy clay).
(7) An Enclosure Without Crack.  Teksturnya tergolong dalam Kelas lempung (clay).

e. Struktur
Struktur tanah ialah sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat dan letak butir tanah yang satu dengan yang lain.  Klasifikasi struktur tanah dibedakan berdasarkan pada bentuk dan susunan agregat atau yang disebut tipe struktur, ukuran atau diameter agregat yang dinamakan kelas struktur, serta kemantapan atau kekuatan agregat yang dinamakan derajat struktur.
Tipe struktur tanah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1.    Tipe granuler
Bersifat secara nisbi kurang-tidak berpori.  Tipe remah / crumb lebih berpori.

2.    Tipe lempeng

3.    Tipe gumpal
Tipe gumpal bersudut ialah yang rusuk-rusuknya bersegi tajam.  Tipe gumpal membulat berusuk bersegi tak tajam.



4.    Tipe tiang
Tipe tiang prismatik ialah yang ujung maupun rusuknya bersegi. Tipe tiang kolumnar rusuk bersegi, tetapi ujungnya membulat.
Gambar 5.  Struktur tanah tipe tiang

Tabel 1. Klasifikasi ukuran struktur tanah
Ukuran struktur tanah tipe granuler / kersai
Ukuran struktur tanah
Ketebalan
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
< 2 mm
1 – 2 mm
2 – 5 mm
5 – 10 mm
> 10mm
Ukuran struktur tanah tipe lempeng (platy)
Ukuran struktur tanah
Ketebalan
Sangat tipis
Tipis
Sedang
Tebal / kasar
Sangat tebal
< 1mm
1 – 2 mm
2 – 5 mm
5 – 10 mm
> 10mm
Ukuran struktur tanah tipe gumpal
Ukuran struktur tanah
Ketebalan
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat Kasar
< 5mm
5 – 10 mm
10 – 20 mm
20 – 50 mm
> 50 mm
Ukuran struktur tanah tipe tiang
Ukuran struktur tanah
Ketebalan
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat Kasar
< 10 mm
10 – 20 mm
20 – 50 mm
50 – 100 mm
> 100 mm
f. Konsistensi
Menurut Henry D.  Foth, konsistensi adalah resistensi tanah terhadap deformasi atau kepecahan dan ditentukan oleh sifat sifat kohesif dan andhesif seluruh massa tanah.  Sementara struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan keadaan gaya antarpartike.  Konsistensi itu penting untuk pembajakan dan pertimbangan lalu lintas.  Bukit pasir menunjukkan sifat sifat kohensif dan andhesif yang minimum serta mudah terderformasi sehingga kendaraan bermotor dapat macet.  Tanah liat dapat begitu lengket bila basah sehingga menyebabkan pembajakan menjadi sulit.  Konsistensi dipertelakan untuk tiga taraf kelembapan yaitu basah, lembab, dan kering.  Suatu tanah mungkin lengket bila basah, kenyal bila lembab, dab keras bila kering.  Istilah istilah yang digunakan untuk mempertelakan lkonsistensi mencakup :
1)   Tanah basah/ tak lengket, lengket, tak plastis, plastis.
2)   Tanah lembab/lepas, mudah rontok, kenyal.
3)   Tanah kering/lepas, halus,keras.

0 comments:

Post a Comment