Saturday, February 4, 2012

Belajar dan Pembelajaran


Belajar mempunyai banyak arti karena memang mempunyai cakupan yang sangat luas. Berikut adalah beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli :
·         Pengertian Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of ex perience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.
·         Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
·         Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .
·         Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
·         Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
·         Harold Speach menyatakan :learning to observe , to read to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction
·         Menurut Howard Kingsley, belajar diartikan sebagai proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah menurut praktek atau latihan.
·         Sedangakan Wingkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran menyatakan bahwa : belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Belajar masih mempunyai beberapa jenis yang dikatagorikan berdasarkan aliran psikologis. Antara lain :


1.      Behaviouristik
Menurut teori ini, manusia sangatlah dipengaruhi olehkejadian – kejadian yang ada di lingkungannya, yang akan memberikan sebuah pengalaman terhadapnya. Teori ini menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku. Dengan demikian proses belajar dalam aliran ini lebih dianggap sebagai sesuatu proses yang bersifat mekanis dan otomatis tanpa membicarakan apa yang terjadi dalam diri si pelajar yang sedang belajar.

2.      Kognitif
Teori ini merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Apabila seseorang mendapatkan informasi baru, maka informasi tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya bila struktur kognitif yang dimiliki, yang dimodifikasikan sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah proses akomodasi.

3.      Humanistik
Teori ini menganut aliran bahwa penyusunan dan penyajian bahan pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, membantu peserta didik untuk mengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya untuk mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka.

4.      Kontruktivisme
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan modelmodel yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu atau faktor internal misalnya minat, perhatian, kebiasaan, motivasi, usaha, dan sebagainya. Sedangkan faktor dari luar atau faktor external yang berpengaruh antara lain adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Ciri – ciri Belajar
Sumadi Suryabrata ( 1981 : 2 ) memberikan ciri – ciri kegiatan belajar yaitu :
1)      Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial
2)      Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama
3)      Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.

Tujuan Belajar
Dalam kegiatan belajar, juga harus memperhatikan apa yang disebut dengan tujuan belajar. Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, hal ini dikarenakan semua hal yang dilakukan dalam sebuah pembelajaran dilaksanakan atas dasar tujuan belajar. Tujuan belajar sangatlah bermacam dan bervariasi. Lazimnya adalah untuk mencapai tindakan instruksional yang biasanya berbentuk pengetahuan, kemempuan berfikir kritis, kreatif dan sikap terbuka.
Menurut Bloom, tujuan belajar diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Dari tiga klasifikasi tersebut dijelaskan secara terperinci oleh Mudjiyono dan Mochamad Paryadi sebagai berikut :
a)      Kognitif
1.      Pengetahuan, berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap fakta – fakta yang telah dipelajari
2.      Pemehaman, berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran
3.      Penerapan, kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya sesuai dengan situasi yang kongkret
4.      Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian – bagian yang menjadi unsur pokok
5.      Sintesis, kemampuan menggabungkan unsur – unsur pokok menjadi struktur baru
6.      Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu tujuan tertentu

b)      Afektif
1.      Menerima, berupa perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara lebih aktif
2.      Merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimulus dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan
3.      Menilai, kemampuan menilai gejala atau kegiatan untuk mencari jalan untuk mengambil sesuatu yang terjadi
4.      Mengorganisasi, membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai – nilai yang diresponnya
5.      Karakterisasi, kemampuan untuk mengonseptualisasi masing – masing nilai waktu merespon dengan jalan mengidentifikasikan karakteristik nilai atau membuat pertimbangan

c)      Psikomotor
1.      Gerak tubuh, kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh
2.      Koordinasi gerak, ketepatan berbagai organ tubuh yang dikoordinasikan
3.      Non verbal, komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat
4.      Perilaku bicara, kemampuan berbicara yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi secara lisan.

Unsur – unsur dinamis dalam belajar
Dalam suatu kegiatan belajar terdapat unsur – unsur dinamis, yaitu unsur yang dapat berubah selama proses belajar. Unsur – unsur tersebut antara lain :
a)      Motivasi dan upaya memotivasi siswa yang sedang belajar
b)      Bahan belajar dan upaya penyediaannya
c)      Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya
d)     Suasana belajar dan upaya pengembangannya
e)      Kondisi subyek yang belajar dan upaya penyiapan serta peneguhannya


Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Konsep Pembelajaran
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kesiapan guru dalam mengatahuai karakteristik peserta didiknya merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkannya sabagai pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang oleh guru.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu :
1.      Dalam suatu pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir
2.      Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiaki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan mereka sendiri

Dalam sebuah pembelajaran, terdapat empat variabel interaksi yang dikemukakan oleh Dunklin dan Biddle ( 1974 : 38 ), yaitu :
1.      Variabel pertanda berupa pendidik
2.      Variabel konteks berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat
3.      Variabel proses berupa interaksi antara peserta didik dengan pendidik
4.      Variabel produk berupa perkembangan peserta didik.
Dubklin dan Biddle juga menyatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran akan berhasil apabila seorang pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu kompetensi dalam mengusai substansi pembelajaran, dan kompetensi dalam mengusai metode pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar dan karakteristik peserta didik.

2.2.2 Pembelajaran yang inovatif
Pada era sekarang ini, banyak ahli yang mengungkapkan bagaimana pembelajaran yang inovatif itu. Bentuk dan macam temuannya sangatlah bervariasi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dunia pendidikan pada era modern sekarang ini.
Maka menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru untuk dapat mengusai metode – metode pembelajaran yang inovatif. Jika metode pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode pembelajaran dapat digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didikuntuk menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh pendidik atau guru. Hal ini menggambarkan  bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.
Pembelajaran yang inovatif intinya adalah pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, bukan pada guru. Paradigma pendidikan yang lama, lebih berorientasi pada guru sebagai sumber pembelajaran sedangkan paradigma pendidikan yang baru, guru lebih sebagai seorang fasilitatos dan mediator siswa dalam mengembangkan kamampuannya.
Maka sekarang ini muncul suatu pradigma pendidikan yang disebut sebagai pembelajaran konstruktivisme. Unsur terpenting dalam konstruktivistik adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan pa yang mampu dan mau dilakukan oleh si belajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda dengan individunya.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif  mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1)           mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
(2)           mengutamakan proses,
(3)           menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social,
(4)           pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
2.      Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
3.      Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
4.      Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
5.      Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
6.      Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.
7.      Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
8.      Mengelaborasi respon awal siswa.
9.      Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
10.  Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan tugas-tugas.
11.  Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.


Tujuan dari pembelajaran konstruktivisme sendiri terdapat tiga tujuan. Yaitu proses, transfer belajar, dan bagaimana belajar.
1)      Proses
mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada siswa, tujuan belajar lebih berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa melakaukan revolusi kognitif. Model pembelajaran perubahan konseptual (Santyasa, 2004) merupakan alternatif strategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang fokus pada proses pembelajaran adalah suatu nilai utama pendekatan konstruktivstik.

2)      Transfer belajar
mendasarkan diri pada premis “siswa dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari”. Satu nilai yang dapat dipetik dari premis tersebut, bahwa meaningful learning harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning, dan deep understanding lebih baik dibandingkan senseless memorization. Konsep belajar bermakna sesungguhnya telah dikenal sejak munculnya psikologi Gestal dengan salah satu pelopornya Wertheimer (dalam Mayer, 1999). Sebagai tanda pemahaman mendalam adalah kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.

3)      Bagaimana belajar
memiliki nilai yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to learn). Alternatif pencapaian learning how to learn, adalah dengan memberdayakan keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini, diperlukan fasilitas belajar untuk ketarampilan berpikir. Belajar berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar untuk mencapai tujuan belajar bagaimana belajar (Santyasa, 2003).

Maka sekarang ini muncul banyak model pembelajaran yang menggunkan aliran konstruktivisme sebagai acuannya. Berikut adalah uraian singkat mengenai model – model pembelajaran tersebut :
1.      Model reasoning & problem solving
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.

2.      Model inquiry training
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga - kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.



3.      Model problem – based instruction
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.

4.      Model pembelajaran perubahan konseptual
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses perubahan konseptual (Hynd, et al,. 1994). Proses negosiasi makna tidak hanya terjadi atas aktivitas individu secara perorangan, tetapi juga muncul dari interaksi individu dengan orang lain melalui peer mediated instruction. Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not just an individual operation, the individual interacts with others to construct shared knowledge.

5.      Model group investigation
Ide model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998).

2.2.3 Peranan guru dalam pembelajaran
Guru adalah sebuah kunci dari suksenya pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil, tentunya terdapat peran besar dari seorang guru. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Berikut adalah peranan guru dalam kegiatan pembelajaran :
1.      Sebagai fasilitator
Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing.

2.      Sebagai expert learnings
Guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

3.      Sebagai manager
Guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa.

4.      Sebagai mediator
Guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

0 comments:

Post a Comment