Belajar
mempunyai banyak arti karena memang mempunyai cakupan yang sangat luas. Berikut
adalah beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli :
·
Pengertian Belajar
Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as
result of ex perience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan
mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something
themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh
dengan mempergunakan panca indra.
·
Robert. M. Gagne dalam
bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a
change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and
wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus,
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan
keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan
perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
·
Lester.D. Crow and
Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge
and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan,
pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar
secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .
·
Jung , (1968)
mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu
organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
·
Ngalim Purwanto, (1992
: 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
·
Harold Speach
menyatakan :learning to observe , to read to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction
·
Menurut Howard
Kingsley, belajar diartikan sebagai proses tingkah laku dalam arti luas yang
diubah menurut praktek atau latihan.
·
Sedangakan Wingkel
dalam bukunya Psikologi Pengajaran menyatakan bahwa : belajar adalah aktivitas
mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab
itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang
positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya
tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Belajar
masih mempunyai beberapa jenis yang dikatagorikan berdasarkan aliran psikologis.
Antara lain :
1. Behaviouristik
Menurut
teori ini, manusia sangatlah dipengaruhi olehkejadian – kejadian yang ada di
lingkungannya, yang akan memberikan sebuah pengalaman terhadapnya. Teori ini
menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku. Dengan demikian
proses belajar dalam aliran ini lebih dianggap sebagai sesuatu proses yang
bersifat mekanis dan otomatis tanpa membicarakan apa yang terjadi dalam diri si
pelajar yang sedang belajar.
2. Kognitif
Teori
ini merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme
genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yakni
perkembangan sistem syaraf. Apabila seseorang mendapatkan informasi baru, maka
informasi tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka
terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya bila struktur kognitif yang dimiliki,
yang dimodifikasikan sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah proses
akomodasi.
3. Humanistik
Teori
ini menganut aliran bahwa penyusunan dan penyajian bahan pelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik adalah membantu
peserta didik untuk mengembangkan dirinya, membantu peserta didik untuk
mengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya untuk
mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka.
4. Kontruktivisme
Menurut
paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian
masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang
menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar.
Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi,
pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan modelmodel yang dibangkitkan
oleh siswa sendiri.
Perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu atau
faktor internal misalnya minat, perhatian, kebiasaan, motivasi, usaha, dan
sebagainya. Sedangkan faktor dari luar atau faktor external yang berpengaruh
antara lain adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ciri
– ciri Belajar
Sumadi Suryabrata ( 1981 : 2 )
memberikan ciri – ciri kegiatan belajar yaitu :
1) Belajar
adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar
baik aktual maupun potensial
2) Perubahan
itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama
3) Perubahan
itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.
Tujuan
Belajar
Dalam kegiatan belajar, juga harus
memperhatikan apa yang disebut dengan tujuan belajar. Tujuan belajar merupakan
komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, hal ini dikarenakan semua hal
yang dilakukan dalam sebuah pembelajaran dilaksanakan atas dasar tujuan
belajar. Tujuan belajar sangatlah bermacam dan bervariasi. Lazimnya adalah
untuk mencapai tindakan instruksional yang biasanya berbentuk pengetahuan,
kemempuan berfikir kritis, kreatif dan sikap terbuka.
Menurut Bloom, tujuan belajar
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif.
Dari tiga klasifikasi tersebut dijelaskan secara terperinci oleh Mudjiyono dan
Mochamad Paryadi sebagai berikut :
a) Kognitif
1. Pengetahuan,
berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap fakta – fakta yang telah
dipelajari
2. Pemehaman,
berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran
3. Penerapan,
kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya sesuai dengan situasi
yang kongkret
4. Analisis,
merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian – bagian yang menjadi
unsur pokok
5. Sintesis,
kemampuan menggabungkan unsur – unsur pokok menjadi struktur baru
6. Evaluasi,
merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu tujuan tertentu
b) Afektif
1. Menerima,
berupa perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara lebih
aktif
2. Merespon,
merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimulus dan merasa terikat serta secara
aktif memperhatikan
3. Menilai,
kemampuan menilai gejala atau kegiatan untuk mencari jalan untuk mengambil
sesuatu yang terjadi
4. Mengorganisasi,
membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai – nilai yang diresponnya
5. Karakterisasi,
kemampuan untuk mengonseptualisasi masing – masing nilai waktu merespon dengan
jalan mengidentifikasikan karakteristik nilai atau membuat pertimbangan
c) Psikomotor
1. Gerak
tubuh, kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan
ketepatan tubuh
2. Koordinasi
gerak, ketepatan berbagai organ tubuh yang dikoordinasikan
3. Non
verbal, komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat
4. Perilaku
bicara, kemampuan berbicara yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi
secara lisan.
Unsur – unsur dinamis dalam belajar
Dalam suatu kegiatan belajar
terdapat unsur – unsur dinamis, yaitu unsur yang dapat berubah selama proses
belajar. Unsur – unsur tersebut antara lain :
a) Motivasi
dan upaya memotivasi siswa yang sedang belajar
b) Bahan
belajar dan upaya penyediaannya
c) Alat
bantu belajar dan upaya penyediaannya
d) Suasana
belajar dan upaya pengembangannya
e) Kondisi
subyek yang belajar dan upaya penyiapan serta peneguhannya
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan ,
penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran
mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada
awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
Kesiapan guru dalam mengatahuai karakteristik peserta didiknya merupakan modal
utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator pelaksanaan pembelajaran.
Dalam
pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkannya
sabagai pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan
memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa
untuk belajar dengan perencanaan yang matang oleh guru.
Pembelajaran
mempunyai dua karakteristik, yaitu :
1. Dalam
suatu pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam proses berfikir
2. Dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiaki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan mereka sendiri
Dalam sebuah pembelajaran, terdapat
empat variabel interaksi yang dikemukakan oleh Dunklin dan Biddle ( 1974 : 38
), yaitu :
1. Variabel
pertanda berupa pendidik
2. Variabel
konteks berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat
3. Variabel
proses berupa interaksi antara peserta didik dengan pendidik
4. Variabel
produk berupa perkembangan peserta didik.
Dubklin dan Biddle juga menyatakan
bahwa keberhasilan proses pembelajaran akan berhasil apabila seorang pendidik
mempunyai dua kompetensi utama, yaitu kompetensi dalam mengusai substansi
pembelajaran, dan kompetensi dalam mengusai metode pembelajaran sesuai
kebutuhan materi ajar dan karakteristik peserta didik.
2.2.2
Pembelajaran yang inovatif
Pada era sekarang ini, banyak ahli
yang mengungkapkan bagaimana pembelajaran yang inovatif itu. Bentuk dan macam
temuannya sangatlah bervariasi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dunia
pendidikan pada era modern sekarang ini.
Maka menjadi suatu kewajiban bagi
seorang guru untuk dapat mengusai metode – metode pembelajaran yang inovatif.
Jika metode pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi
tidak maksimal. Metode pembelajaran dapat digunakan sebagai strategi yang dapat
memudahkan peserta didikuntuk menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh
pendidik atau guru. Hal ini menggambarkan
bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan informasi.
Pembelajaran yang inovatif intinya
adalah pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, bukan pada guru. Paradigma
pendidikan yang lama, lebih berorientasi pada guru sebagai sumber pembelajaran
sedangkan paradigma pendidikan yang baru, guru lebih sebagai seorang
fasilitatos dan mediator siswa dalam mengembangkan kamampuannya.
Maka sekarang ini muncul suatu pradigma
pendidikan yang disebut sebagai pembelajaran konstruktivisme. Unsur terpenting dalam konstruktivistik adalah
kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk
melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan pa yang mampu dan mau dilakukan oleh si
belajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa
individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda
dengan individunya.
Pembentukan
pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan
struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan
struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi
kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa
harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang
sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui
proses rekonstruksi.
Yang
terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran,
si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan
pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri
dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar
lebih diarahkan pada experimental
learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman
konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya
aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan
pada pebelajar.
Beberapa
hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1)
mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang
relevan,
(2)
mengutamakan proses,
(3)
menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social,
(4)
pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
Untuk
menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma
konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai
dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Menghargai
otonomi dan inisiatif siswa.
2. Menggunakan
data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir
kritis.
3. Mengutamakan
kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan
mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
4. Menyertakan
respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran
sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
5. Menggali
pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing
pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
6. Menyediakan
peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa
yang lain.
7. Mendorong
sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk
berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
8. Mengelaborasi
respon awal siswa.
9. Menyertakan
siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap
hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
10. Menyediakan
kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan
tugas-tugas.
11. Menumbuhkan
sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.
Tujuan
dari pembelajaran konstruktivisme sendiri terdapat tiga tujuan. Yaitu proses,
transfer belajar, dan bagaimana belajar.
1) Proses
mendasarkan diri
pada nilai sebagai dasar untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila
siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa
dalam belajar, sesungguhnya siswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu,
paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai
manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang
dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen
untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan
berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada siswa, tujuan belajar lebih
berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa melakaukan revolusi kognitif.
Model pembelajaran perubahan konseptual (Santyasa, 2004) merupakan alternatif
strategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang fokus pada
proses pembelajaran adalah suatu nilai utama pendekatan konstruktivstik.
2) Transfer
belajar
mendasarkan diri
pada premis “siswa dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat
apa yang dipelajari”. Satu nilai yang dapat dipetik dari premis
tersebut, bahwa meaningful learning harus diyakini memiliki nilai yang
lebih baik dibandingkan dengan rote learning, dan deep understanding lebih
baik dibandingkan senseless memorization. Konsep belajar bermakna sesungguhnya
telah dikenal sejak munculnya psikologi Gestal dengan salah satu pelopornya
Wertheimer (dalam Mayer, 1999). Sebagai tanda pemahaman mendalam adalah
kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.
3) Bagaimana
belajar
memiliki nilai
yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to
learn). Alternatif pencapaian learning how to learn, adalah dengan
memberdayakan keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini, diperlukan fasilitas
belajar untuk ketarampilan berpikir. Belajar berbasis keterampilan berpikir
merupakan dasar untuk mencapai tujuan belajar bagaimana belajar (Santyasa,
2003).
Maka
sekarang ini muncul banyak model pembelajaran yang menggunkan aliran
konstruktivisme sebagai acuannya. Berikut adalah uraian singkat mengenai model
– model pembelajaran tersebut :
1. Model
reasoning & problem solving
Reasoning
merupakan bagian berpikir yang berada di atas level
memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking,
dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan
memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah
menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah,
mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis
informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya,
menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan
melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah
menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis,
pembangkit, dan penerap ide.
Problem
adalah suatu situasi yang tak jelas jalan
pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah
dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah
tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali
dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai
dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui
kemampuan reasoning.
2. Model
inquiry training
Untuk
model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif,
manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality
secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara
berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan
eksplorasi, dan yang ketiga - kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati
diri dan sikap ilmiah.
3. Model
problem – based instruction
Problem-based
instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan
informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar
bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara
individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
4. Model
pembelajaran perubahan konseptual
Pengetahuan
yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang
secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan. Sementara
pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa
konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif,
siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya
semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan (3)
merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan
pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada
pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar
melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh
siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini berarti bahwa
mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan
memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses perubahan
konseptual (Hynd, et al,. 1994). Proses negosiasi makna tidak hanya
terjadi atas aktivitas individu secara perorangan, tetapi juga muncul dari
interaksi individu dengan orang lain melalui peer mediated instruction.
Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not just an individual
operation, the individual interacts with others to construct shared knowledge.
5. Model
group investigation
Ide
model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus
memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy
and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,
bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Gagasan-gagasan Dewey
akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian
dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya
merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial
antar pribadi (Arends, 1998).
2.2.3 Peranan
guru dalam pembelajaran
Guru
adalah sebuah kunci dari suksenya pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dikatakan
berhasil, tentunya terdapat peran besar dari seorang guru. Minat,
bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu
memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Berikut adalah
peranan guru dalam kegiatan pembelajaran :
1. Sebagai
fasilitator
Guru
sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model,
pelatih, dan pembimbing.
2. Sebagai
expert learnings
Guru
diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan
waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi,
memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit
mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor
siswa.
3. Sebagai
manager
Guru
berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang
dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan
memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini,
guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai
isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan
siswa.
4. Sebagai
mediator
Guru
memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan
pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu
para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian,
mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana
mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan
menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar
secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta
didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap
peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba
bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada
muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
0 comments:
Post a Comment