a.
Definisi Sumur resapan
Sumur resapan
merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung
air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah ( Kusnaedi, 2011). Sumur resapan
ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk
memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk
menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian, konstruksi dan kedalamannya
berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah,
sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah
Penerapan sumur
resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari – hari. Beberapa fungsi sumur
resapan adalah sebagai berikut :
a.
Pengendali banjir
Banjir seringkali menggenangi kawasan pemukiman ketika musim hujan tiba.
Terjadinya banjir di kawasan pemukiman dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
1)
Pengembangan rumah yang melewati batas garis
sempadan banguan (GSB)
2)
Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
3)
Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan.
Sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga dapat menghindari
terjadinya genangan aliran permukaan secara berlebihan yang menyebabkan banjir.
b.
Konservasi
air tanah
Fungsi lain dari sumur resapan ini adalah memperbaiki kondisi air tanah
atau mendangkalkan permukaan air sumur, di sini diharapkan air hujan lebih
banyak yang diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah. Air
yang tersimpan dalam tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan melalui sumur –
sumur atau mata air.
Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting
mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai
konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat. Dengana
adanya perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk
meresapkan air. Hal ini mengingat semakin banyaknya tanah yang tertutupi
tembok, beton, aspal, dan bangunan lainnya yang tidak meresapkan air. Penurunan
daya resap tanah terhadap air dapat juga terjadi karena hilangnya vegetasi
penutup permukaan tanah.
c.
Menekan laju erosi
Dengan adanya penurunan aliran permukan maka laju erosi pun akan menurun.
Bila aliran permukaan manurun, tanah – tanah yang tergerus dan terhanyut pun
akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan
kecil. Dengan demikian, adanya sumur resapan yang mampu menekan besarnya aliran
permukaan berarti dapat menekan laju erosi.
b. Jenis – jenis Sumur Resapan
Jenis bangunan sumur resapan cenderung bervariasi. Bentuk
dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang
dibuat segiempat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur
terletak di atas permukaan air tanah. Berikut ini merupakan berbagai jenis
konstruksi sumur resapan yang sering dipakai
1)
Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar
sumur tidak diisi apapun
2)
Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar
sumur diisi dengan batu belah dan ijuk
3)
Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau
batako di dinding sumur. Dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau
kosong
4)
Sumur menggunakan besi beton di dinding sumur
5)
Sumur menggunakan blawong ( batu cadas yang
dibentuk khusus untuk dinding sumur.
Berbagai konstruksi
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Pemilihannya dapat
disesuaikan dengan kondis batuan/tanah. Selain itu disesuaikan juga dengan
kebutuhan dan anggaran dana yang dimiliki.
c.
Faktor – faktor yang mempengaruhi sumur resapan.
1)
Faktor iklim
Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sumur
resapan. Faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah hujan.
Semakin besar curah hujan di suatu wilayah berarti semakin besar atau banyak
sumur resapan yang diperlukan.
2)
Kondisi air tanah
Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat
secara besar – besaran karena tanah benar – benar memerlukan suplai air melalui
sumur resapan. Sebaliknya, pada alahan yang muka airnya dangkal, sumur resapan
ini kurang efektif dan tidak akan berfungsi dengan baik. Terlebih pada daerah
rawa dan pasang surut. Justru daerah tersebut lebih memerlukan saluran
drainase.
3)
Kondisi tanah
Kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah
terhadap air hujan. Dengan demikian, konstruksi dari sumur resapan harus
mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpegaruh
terhadap besarnya infiltrasi adalah tekstur dan pri – pori tanah.
Tanah berpasir dan porus lebih mampu merembeskan air hujan dangan cepat.
Akbatnya, waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam sumur resapan
relatif singkat dibandingkan dengan tanah yang kandungan liatnya tinggi dan
lekat.
4)
Tata guna tanah
Tata guna tanah akan berpengaruh terhadap presentasi air yang meresap ke
dalam tanah dengan aliran permukaan. Pada tanah yang banyak tertutup beton
bangunan, air hujan yang mengalir di permukaan tanah akan lebih besar
dibandingkan dengan air yang meresap ke dalam tanah. Dengan demikian, di lahan
yang penduduknya padat, sumur resapan harus dibuat lebih banyak dan lebih besar
volumenya. Hubungan antara tata guna tanah dengan daya resap tanah terhadap air
hujan disajikan pada tabel
Tabel 5. Hubungan tataguna tanah denga daya resap tanah
Tata guna tanah (land use)
|
Daya resap tanah terhadap air hujan ( %
)
|
Daerah huatan, pekarangan lebat, kebun, ladang berumput
|
80 – 100
|
Daerah taman kota
|
75 – 95
|
Jalan tanah
|
40 – 85
|
Jalan aspal, lantai beton
|
10 – 15
|
Daerah dengan bangunan terpencar
|
30 – 70
|
Daerah pemukiman agak padat
|
5 – 30
|
Daerah pemukiman padat
|
10 – 30
|
Sumber : Kusnaedi (2011:24)
5)
Kondisi sosial ekonomi
Perencanaan sumur resapan harus memperhatikan kondisi sosial perekonomian
masyarakat. Misalnya, pada kondisi perekonomian yang baik, biaya untuk sumur
resapan dapat dibebankan kepada masyarakat dan konstruksinya dapat dibuat dari
bahan yang benar – benar kuat. Sebaliknya pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat rendah, sumur resapan harus terbuat dari bahan – bahan yang murah
dan mudah.
6)
Ketersediaan bahan
Perencanaan konstruksi sumur resapan harus mempertimbangkan ketersediaan
bahan – bahan yang ada di lokasi. Misalnya, untuk daerah perkotaan, sumur
resapan dapat terbuat dari beton, tangki fiberglass, atau cetakan beton.
Sementara untuk daerah pedesaan, smur resapan yang cocok untuk dikembangkan
yaitu dari bambu atau kayu yang tahan lapuk atau bahan lain yang murah dan
mudah didapat dilokasi.
d. Konsep Sumur Resapan
Menurut Suripin (2004), konsep dasar
sumur resapan pada hakekatnya adalah suatu sistem drainase dimana air hujan
yang jatuh di atap atau lahan kedap air ditampung pada suatu sistem resapan
air. Berbeda dengan cara konvensional dimana air hujan dibuang / dialirkan ke
sungai terus ke laut, cara ini mengalirkan air hujan ke dalam sumur – sumur
resapan yang dibuat di halaman rumah. Sumur resapan ini merupakan sumur kosong
dengan maksud kapasitas tampungannya cukup besar sebelum air meresap ke dalam
tanah. Dengan adanya tampungan, maka iar hujan mempunyai cukup waktu untuk
meresap kedalam tanah, sehingga pengisisan tanah menjadi optimal.
Secara teoritis, volume dan efisiensi
sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke sumur
dan air yang meresap ke dalam tanah ( Sunjoto, 1988) dan dapat dituliskan
sebagai berikut :
H =
(
)
Dimana
:
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
F : adalah faktor geometrik (m)
Q : debit air masuk (m3/dt)
T : waktu pengisian (detik)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R : jari – jari sumur (m)
Faktor
geometrik tergantung pada berbagai keadaan sebagaimana dapat dilihat pada
gambar dan secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan:
Qo = F.K.H
Kedalaman efektif sumur resapan dihitung
dari tinggi muka air tanah bila dasar sumur berada di bawah muka air tanah
tersebut, dan diukur dari dasar sumur bila
muka air tanah berada di bawah dasar
sumur. Sebaiknya dasar sumur berada pada lapisan tanah dengan permeabilitas
tinggi
Faktor – faktor yang mempengaruhi
dimensi sumur meliputi:
a.
Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang
airnya akan ditampung dalam sumur resapan, meliputi luas atap, lapangan parkir
dan perkerasan – perkerasan lain
b.
Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan,
lama hujan, selang waktu hujan. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi
hujan, makin lama berlangsungnya hujan memerlukan volume sumur resapan yang
makin besar. Sementara selang waktu hujan yang besar dapat mengurangi volume
sumur yang diperlukan
c.
Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan
tanah dalam melewatkan air per satuan waktu. Tanah berpasir mempunyai koefisien
permeabilitas lebih tinggi dibandingkan tanah berlempung.
d.
Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air
tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara besar – besaran karena
tanah benar – benar memerlukan pengisian air melalui sumur – sumur resapan. Sebaliknya
pada lahan yang muka airnya dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif,
terutama pada daerah pasang surut atau daerah rawa dimana air tanahnya sangat
dangkal.
0 comments:
Post a Comment