Infiltrasi adalah peristiwa masuknya
air ke dalam tanah melalui permukaan
tanah secara vertikal. Sedangkan banyaknya air yang masuk melalui permukaan
tanah persatuan waktu dikenal sebagai laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi
sangat tergantung pada kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk
melewatkan air dari permukaan tanah secara vertikal. ( Suripin, 2004 )
Menurut Sitanala Arsyad (2010:61),
infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi
tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka
infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah disebut
perkolasi.
Infiltrasi adalah proses aliran air
(umumnya berasal dari curah hujan ) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan
proses kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata
lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya
kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gavitasi (gerakan air ke arah
vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut
mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan
dikenal sebagai proses perkolasi. (Asdak, 2007)
Pada saat awal dimana tanah tidak jenuh,
infiltrasi terjadi pada umumnya akibat tarikan hisapan matriks dan grafitasi.
Dengan masuknya air lebih dalam dan makin dalamnya profil tanah yang basah,
maka makin lemah tarikan hisapan matriks. Sampai pada kedalaman tertentu
tarikan hisapan matriks menjadi sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga gaya
yang menyebabkan gerakan air tinggal hanya gaya gravitasi. Kondisi ini menyebabkan
laju infiltrasi akan semakin berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu
Hubungan antara kapasitas infiltrasi dan
waktu dinyatakan dalam persamaan Horton sebagai berikut :
f
= fc + (f0 – fc)e –kl
Dimana f adalah kapasitas infiltrasi
pada sembarang waktu, fo adalah kapasitas infiltrasi awal pada t =
0, fc adalah kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga konstan , k
adalah konstanta positif yang bergantung pada tanah dan tumbuhan penutup tanah,
t adalah waktu.
Kapasitas infiltrasi bervariasi terhadap
sifat alamiah tanah, antara lain porositas, kelembapan awal, dan kemiringan
tanah. Makin tinggi nilai kelembapan awal pada profil tanah, makin kecil laju
infiltrasinya. Sifat – sifat tanah yang menentukan dan membatasi besarnya
kapasitas infiltrasi tanah adalah struktur tanah yang sebagian besar ditentukan
oleh tekstur tanah, pemadatan tanah dan sekelet tanah.
Partikel – partikel tanah pada
umumnya terdiri atas fraksi pasir, debu
dan fraksi liat. Adanya perbedaan komposisi dari ketiga fraksi tersebut
menyebabkan laju infiltrasi yang berbeda pula. Disamping itu, faktor struktur
tanah yang turut menentukan laju infiltrasi adalah jumlah, ukuran, dan
kemampuan pori.
Menurut Bermanakesumah (1978 ), jumlah
dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori – pori yang berukuran besar.
Makin banyak pori – pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula, dan
besarnya ukuran pori tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini .
Tabel 3. Ukuran pori tanah
No
|
Jenis
|
Diameter ( u )
|
1
|
Pori besar
|
> 10
|
2
|
Pori sedang
|
0,2-0,02
|
3
|
Pori halus
|
<0,02
|
Sumber : Suripin
(2004:50)
Atas dasar ukuran pori tersebut di atas
ternyata liat kaya akan pori besar. Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung
pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada
tanah – tanah pasir jauh lebih besar dari pada tanah liat, dan pengaruh
perbedaan dari pada tekstur tanah terhadapproses infiltrasi terlihat pada tabel
Tabel 4. Kapasitas infiltrasi beberapa macam tanah
yang diperoleh dari pengukuran
No
|
Macam tanah
|
Kapasitas
infiltrasi mm/jam
|
1
|
Pasir bergeluh
( loamy sand )
|
25 – 50
|
2
|
Geluh ( loam )
|
12.5 – 25
|
3
|
Geluh berliat
( silt loam )
|
7.5 – 15
|
4
|
Geluh
berlempung ( clay loam )
|
0.5 – 2.5
|
5
|
Lempung ( clay
)
|
<0.5
|
Sumber : Suripin
(2004:51)
Disamping itu, proses pemadatan tanah,
baik oleh pukulan air hujan, penggembalaan ternak, dan pengolahan tanah dengan
menggunakan alat berat, menyebabkan berkurangnya pori – pori tanah, sehingga
menurunkan kapasitas infiltrasi. Sedangkan sekelet tanah secara langsung
berpengaruh terhadap ukuran pori yang terbentuk, yaitu makin banyak sekelet
tanah makin besar pula kapasitas infiltrasinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat pula
disimpulkan bahwa tanah – tanah yang bertekstur kasar membentuk struktur tanah
yang ringan, sebaliknya tanah – tanah yang berbentuk atau tersusun dari tekstur yang halus
menyebabkan terbentuknya tanah – tanah yang bertekstur berat. Adanya perbedaan
struktur tanah yang terjadi, secara tidak langsung mempengaruhi ukuran dan
jumlah pori – pori tanah yang terbentuk.
Tanah – tanah dengan struktur yang berat
mempunyai jumlah pori halus yang banyak, dan miskin akan pori – pori besar,
mempunyai kapasitas infiltrasi kecil. Sebaliknya tanah – tanah yang berstruktur
ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori halus, kapasitas
infiltrasinya lebih besar dibandingkan denga tanah yang berstruktur berat.
Berdasar kapasitas infiltrasinya dapat
dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya aliran permukaan pada tanah – tanah yang
berat lebih besar dibanding pada tanah yang berstruktur ringan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bermanakusumah (1978), bahwa kapasitas infiltrasi tanah ikut
menentukan banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah, sebagai aliran
permukaan. Jadi, semakin besar kapasitas infiltrasi, maka aliran permukaan yang
terjadi akan semakin kecil.
0 comments:
Post a Comment