Saturday, February 4, 2012

Morfometri DAS


Morfometri DAS berhubungan erat dengan hidrologi, banyak para ahli menggunakan hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses hidrologi. Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi air limpasan (run-off) sangat ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidromorfometrinya. Variabel hidromorfometri antara satu DAS dengan DAS yang lainnya mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Seberapa jauh perbedaan variabel morfometri ni dapat diketahui dengan uji statistik (Seyhan, 1981).
            Karakteristik DAS yang mudah dilihat / diketahui secara sepintas adalah luas DAS dan bentuk DAS. Luas DAS dapat dihitung, tetapi bentuk DAS harus dapat diformulasikan menjadi bentuk numeric. Dalam mengemukakan bentuk DAS, beberapa pakar menyajikan sebagai “form factor” (Horton, 1932), “shape (S)” (US Corps of Engineers), “circularity ratio” dan “shape” (Miller, 1953), “basin elongation” (Schunm, 1956), dan lemniscates ratio” (Chorley et. Al., 1957) (dalam selby, 1985).
            Factor bentuk DAS sangat mempengaruhi hidrograf yang dihasilkan, apabila DAS mempunyai bentuk memanjang maka hidrograf alirannya akan berbentuk landai. Sementara bila bentuk DAS bulat, hidrograf alairan yang dihasilkan akan lebih tajam ( Strahler dala Selby, 1985)
            Kerapatan aliran merupakan karakteristik DAS yang mudah untuk membedakan kondisi DAS yang satu dengan yang lainnya. Kenyataan yang sering didapat, bahawa perhitungan kerapatan aliran untuk daerah yang sama oleh berbagai sumber menunjukkan nilai yang berlainan. Hal ini bukan semata- mata Faktor ketelitian, tetapi sumber gambar/ peta DAS yang dipergunakan berlainan. Hasil yang didapat dari peta topografi akan berlainan dengan hasil dari foto udara, dan akan lain juga dengan kerapatan aliran yang dihasilkan dari citra radar. Oleh sebab itu, unsure teknologi dan sumber data juga harus dipertimbangkan (McCoy dalam Gregory, 1985 ). Kerapatan aliran (D) dan luas DAS (A) ternyata mempengaruhi “ bankfull discharge “ (Qb), seperti dirumuskan oleh Selby (1985) sebagai :
                                                Qb = A D2
                Graig (1987), mengatakan bahwa volume banjir dengan periode ulang tertentu (2, 5, 10, 25, dan 50 tahun) dipengaruhi oleh luas DAS (A), beda tinggi antara outlet dengan titik tertinggi dalam DAS (Hm), dan kemiringan rata- rata DAS. Dikatakannya juga, bahwa debit puncak dengan periode ulang tertentu dipengaruhi juga oleh kemiringan sungai (S), selain variabel- variabel seperti tersebut di atas.
            Pemilihan variabel hidromorfometri sebagai variabel bebas, ditentukan semata- mata pada kemudahan pengumpulan datanya. Sebagai variabel pengontrol ( variabel tak bebas/ “ dependent variabel “) adalah komponen hidrograf satuan. Komponen hidrograf satuan ini meliputi waktu naik ( time rising , Tr ), adalah waktu yang diukur dari pusat masa hujan hingga terjadinya puncak hidrograf satuan, waktu dasar ( time base, Tb ), adalah waktu saat mulainya hidrograf satuan hingga akhir hidrograf satuan, dan debit puncak hidrograf satuan (unit hydrograph peak discharge, Qp), adalah harga debit puncak hidrograf satuan.

            Untuk variabel hidromorfometri DAS yang dipilih meliputi :
  1. Luas Daerah aliran sungai
Luas daerah aliran sungai ( area of watershed, A), adalah luas keseluruhan DAS sebagai satu system sungai yang diproyeksikan secara horizontal pada bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS dapat digunakan planimeter, kertas millimeter, atau dengan menggunakan digitizer- computer (ITC, 1988). Batas DAS ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah batas DAS secara topografik (topographic drainage boundary) (Seyhan, 1979).
  1. Panjang Sungai Utama (L)
Adalah panjang alur sungai yang diukur mulai dari outlet DAS hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS. Kenyataannya cukup sulit membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat percabangan sungai, untuk ini diambil suatu ketentuan bahwa sungai utama adalah cabang sungai yang mempunyai daerah tangkapan (catchment) yang lebih luas.
  1. Titik berat DAS
Merupakan titik kesetimbangan suatu DAS. Cara menghitung titik berat dengan membuat grid (1 cm x 1 cm) pada DAS. Kemudian menghitung n (titik-titik yang ada di dalam DAS). Di cari sumbu y dengan menghitung jumlah titik (n) dikali angka yang tertera pada ordinat (n x y) dibagi jumlah seluruh titik (Sn) dan sumbu x dengan menghitung jumlah titik (n) dikali angka yang tertera pada absis (x) dibagi dengan jumlah seluruh titik (Sn). Titik kesetimbangan (titik berat) juga bisa dilihat dari profil yang dibuat yang sudah dibagi menjadi dua bagian yang sama atau hampir sama, dimana titik perpotongan profil dengan garis pembagi tersebut merupakan titik kesetimbangan.


                                                                                                                        X = (xi . ni)
                                                                                                                                    n


Absis
Jumlah titik
1 x 2
1


2



  1. Panjang maksimum DAS (Lb)
Panjang maksimum DAS adalah panjang garis lurus yang ditarik mulai dari outlet DAS, melewati titik berat DAS hingga batas DAS bagian hulu.
  1. Kemiringan sungai rata- rata (S1)
Kemiringan sungai juga dapat dinyatakan dalam berbagai cara, misalnya dalam derajat, persen (%), km/km. Kemiringan sungai merupakan perbandingan beda tinggi penampang memanjang sungai dengan jarak mendatarnya. Cara menentukan kemiringan sungai rata- rata adalah dengan menggambarkan terlebih dulu penampang memanjang sungai utama dan mengukur kemiringan garis lurus yang ditarik mulai dari outlet sehingga luasan di atas dan dibawah garis lurus mendekati sama (Seyhan, 1981)
  1. Bifurcation ratio (Rb)
Adalah nisbah antara jumlah orde sungai ke u+1 (Horton dalam Seyhan, 1977). Perhitungan bifurcation ratio ini didasarkan sitem pengordean menurut cara strahler (dalam seyhan, 1977). Dalam menentukan nilai Rb untuk kesluruhan sistem sungai digunakan nilai rata- rata tertimbang dengan cara sebagai berikut :
W Rb = ∑ Rb u/u+1 (Nu +Nu+1)
                        Nu
Dengan, W Rb = Rb tertimbang
            Rb u/u+1 = Rb antara orde sungai ke u dan u+1
            Nu = jumlah orde sungai ke u
            Nu+1 = Jumlah orde sungai ke u+1
                                                            (Seyhan, 1977)
  1. Circularity ratio (Rc)
Menurut Miller ( dalam seyhan, 1981), Rc merupakan nisbah antara luas DAS dengan luas lingkaran yang kelilingnya sama dengan keliling DAS.
                                    Rc = A/Ac
  1. Elongation ratio (Re)
Schumm (dalam Seyhan, 1981), mengatakan bahwa Rc adalah nisbah antara garis tengah suatu lingkaran (D) yang mempunyai luas sama dengan luas DAS, dengan pnajang sungai utama (L).
                                    Re = D/L


  1. Kerapatan alur sungai (D)
Kerapatan alur sungai adalah nisbah antara panajang sungai keseluruhan dengan luas DAS.
                                    D = Ln/A (km/km2)
  1. Rasio frekuensi orde sungai (F)
Adalah nisbah antara jumlah keseluruhan orde sungai (sistem Strahler) dengan luas DAS.
  1. Luas relatif DAS (Rua)
Luas relatif DAS adalah nisbah luas DAS sebelah hulu dengan luas DAS keseluruhan. Luas DAS sebelah hulu ditentukan berdasarkan garis yang ditarik membelah DAS melewati titik berat DAS.
                                    Rua = Au / A
  1. Faktor lebar DAS (W)
Faktor lebar DAS adalah nisbah antara lebar DAS yang diukur pada jarak 0.75 panjang sungai utama dari outlet dengan lebar DAS yang diukur pada jarak 0,25 panjang sungai yang diukur dari outlet.

                                                
W = W. / W.25

1 comments:

Anonymous said...

itu rumusnya gak ada penjelasan detailnya

Post a Comment