Morfometri
DAS berhubungan erat dengan hidrologi, banyak para ahli menggunakan
hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses hidrologi. Kepekaan DAS
untuk mengubah hujan menjadi air limpasan (run-off) sangat ditentukan oleh
keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau dari berbagai
aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidromorfometrinya. Variabel
hidromorfometri antara satu DAS dengan DAS yang lainnya mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri. Seberapa jauh perbedaan variabel morfometri ni dapat diketahui
dengan uji statistik (Seyhan, 1981).
Karakteristik DAS yang mudah dilihat
/ diketahui secara sepintas adalah luas DAS dan bentuk DAS. Luas DAS dapat
dihitung, tetapi bentuk DAS harus dapat diformulasikan menjadi bentuk numeric. Dalam
mengemukakan bentuk DAS, beberapa pakar menyajikan sebagai “form factor”
(Horton, 1932), “shape (S)” (US Corps of Engineers), “circularity ratio” dan
“shape” (Miller, 1953), “basin elongation” (Schunm, 1956), dan lemniscates
ratio” (Chorley et. Al., 1957) (dalam selby, 1985).
Factor bentuk DAS sangat
mempengaruhi hidrograf yang dihasilkan, apabila DAS mempunyai bentuk memanjang
maka hidrograf alirannya akan berbentuk landai. Sementara bila bentuk DAS
bulat, hidrograf alairan yang dihasilkan akan lebih tajam ( Strahler dala
Selby, 1985)
Kerapatan aliran merupakan
karakteristik DAS yang mudah untuk membedakan kondisi DAS yang satu dengan yang
lainnya. Kenyataan yang sering didapat, bahawa perhitungan kerapatan aliran
untuk daerah yang sama oleh berbagai sumber menunjukkan nilai yang berlainan.
Hal ini bukan semata- mata Faktor ketelitian, tetapi sumber gambar/ peta DAS
yang dipergunakan berlainan. Hasil yang didapat dari peta topografi akan
berlainan dengan hasil dari foto udara, dan akan lain juga dengan kerapatan
aliran yang dihasilkan dari citra radar. Oleh sebab itu, unsure teknologi dan
sumber data juga harus dipertimbangkan (McCoy dalam Gregory, 1985 ). Kerapatan
aliran (D) dan luas DAS (A) ternyata mempengaruhi “ bankfull discharge “ (Qb),
seperti dirumuskan oleh Selby (1985) sebagai :
Qb
= A D2
Graig
(1987), mengatakan bahwa volume banjir dengan periode ulang tertentu (2, 5, 10,
25, dan 50 tahun) dipengaruhi oleh luas DAS (A), beda tinggi antara outlet
dengan titik tertinggi dalam DAS (Hm), dan kemiringan rata- rata DAS.
Dikatakannya juga, bahwa debit puncak dengan periode ulang tertentu dipengaruhi
juga oleh kemiringan sungai (S), selain variabel- variabel seperti tersebut di
atas.
Pemilihan variabel hidromorfometri
sebagai variabel bebas, ditentukan semata- mata pada kemudahan pengumpulan
datanya. Sebagai variabel pengontrol ( variabel tak bebas/ “ dependent variabel
“) adalah komponen hidrograf satuan. Komponen hidrograf satuan ini meliputi
waktu naik ( time rising , Tr ), adalah waktu yang diukur dari pusat masa hujan
hingga terjadinya puncak hidrograf satuan, waktu dasar ( time base, Tb ),
adalah waktu saat mulainya hidrograf satuan hingga akhir hidrograf satuan, dan
debit puncak hidrograf satuan (unit hydrograph peak discharge, Qp), adalah
harga debit puncak hidrograf satuan.
Untuk variabel hidromorfometri DAS
yang dipilih meliputi :
- Luas Daerah aliran
sungai
Luas daerah aliran sungai ( area of
watershed, A), adalah luas keseluruhan DAS sebagai satu system sungai yang
diproyeksikan secara horizontal pada bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS
dapat digunakan planimeter, kertas millimeter, atau dengan menggunakan
digitizer- computer (ITC, 1988). Batas DAS ditentukan berdasarkan peta kontur.
Batas DAS yang dimaksud adalah batas DAS secara topografik (topographic
drainage boundary) (Seyhan, 1979).
- Panjang Sungai Utama (L)
Adalah panjang alur sungai yang diukur mulai dari outlet
DAS hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS. Kenyataannya cukup sulit
membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat percabangan
sungai, untuk ini diambil suatu ketentuan bahwa sungai utama adalah cabang
sungai yang mempunyai daerah tangkapan (catchment) yang lebih luas.
- Titik berat DAS
Merupakan titik kesetimbangan suatu DAS. Cara menghitung
titik berat dengan membuat grid (1 cm x 1 cm) pada DAS. Kemudian menghitung n
(titik-titik yang ada di dalam DAS). Di cari sumbu y dengan menghitung jumlah
titik (n) dikali angka yang tertera pada ordinat (n x y) dibagi jumlah seluruh
titik (Sn) dan sumbu x dengan menghitung jumlah titik (n) dikali
angka yang tertera pada absis (x) dibagi dengan jumlah seluruh titik (Sn). Titik
kesetimbangan (titik berat) juga bisa dilihat dari profil yang dibuat yang
sudah dibagi menjadi dua bagian yang sama atau hampir sama, dimana titik
perpotongan profil dengan garis pembagi tersebut merupakan titik kesetimbangan.
X
= (xi . ni)
n
Absis
|
Jumlah titik
|
1 x 2
|
1
|
|
|
2
|
|
|
- Panjang maksimum DAS (Lb)
Panjang maksimum DAS adalah panjang garis lurus yang
ditarik mulai dari outlet DAS, melewati titik berat DAS hingga batas DAS bagian
hulu.
- Kemiringan sungai rata- rata (S1)
Kemiringan sungai juga dapat dinyatakan dalam berbagai
cara, misalnya dalam derajat, persen (%), km/km. Kemiringan sungai merupakan
perbandingan beda tinggi penampang memanjang sungai dengan jarak mendatarnya.
Cara menentukan kemiringan sungai rata- rata adalah dengan menggambarkan
terlebih dulu penampang memanjang sungai utama dan mengukur kemiringan garis
lurus yang ditarik mulai dari outlet sehingga luasan di atas dan dibawah garis
lurus mendekati sama (Seyhan, 1981)
- Bifurcation ratio (Rb)
Adalah nisbah antara jumlah orde sungai ke u+1 (Horton
dalam Seyhan, 1977). Perhitungan bifurcation ratio ini didasarkan sitem
pengordean menurut cara strahler (dalam seyhan, 1977). Dalam menentukan nilai
Rb untuk kesluruhan sistem sungai digunakan nilai rata- rata tertimbang dengan
cara sebagai berikut :
W
Rb = ∑ Rb u/u+1 (Nu +Nu+1)
Nu
Dengan, W Rb = Rb tertimbang
Rb u/u+1
= Rb antara orde sungai ke u dan u+1
Nu =
jumlah orde sungai ke u
Nu+1 =
Jumlah orde sungai ke u+1
(Seyhan,
1977)
- Circularity ratio (Rc)
Menurut Miller ( dalam seyhan, 1981), Rc merupakan nisbah
antara luas DAS dengan luas lingkaran yang kelilingnya sama dengan keliling
DAS.
Rc
= A/Ac
- Elongation ratio (Re)
Schumm (dalam Seyhan, 1981), mengatakan bahwa Rc adalah
nisbah antara garis tengah suatu lingkaran (D) yang mempunyai luas sama dengan
luas DAS, dengan pnajang sungai utama (L).
Re
= D/L
- Kerapatan alur sungai (D)
Kerapatan alur sungai adalah nisbah antara panajang
sungai keseluruhan dengan luas DAS.
D
= Ln/A (km/km2)
- Rasio frekuensi orde sungai (F)
Adalah nisbah antara jumlah keseluruhan orde sungai
(sistem Strahler) dengan luas DAS.
- Luas relatif DAS (Rua)
Luas relatif DAS adalah nisbah luas DAS sebelah hulu
dengan luas DAS keseluruhan. Luas DAS sebelah hulu ditentukan berdasarkan garis
yang ditarik membelah DAS melewati titik berat DAS.
Rua
= Au / A
- Faktor lebar DAS (W)
Faktor lebar DAS adalah nisbah antara lebar DAS yang
diukur pada jarak 0.75 panjang sungai utama dari outlet dengan lebar DAS yang diukur
pada jarak 0,25 panjang sungai yang diukur dari outlet.
W = W. / W.25
1 comments:
itu rumusnya gak ada penjelasan detailnya
Post a Comment